Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Minyak Goreng

15 Maret 2022   10:42 Diperbarui: 15 Maret 2022   10:57 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan gaya manjanya, Bungsu mengungkapkan kegelisahan Bude yang kesulitan mencari minyak goreng. Ibu mendengarkan keluhan Bungsu. "Apakah Ibu akan memotong gaji Bude bulan depan untuk empat liter minyak goreng," tanya Bungsu tanpa ewuh pakewuh. 

Ibu memandangi wajah Bungsu. Anak perempuan yang tumbuh dengan baik. Terbersit perjuangan melahirkan Bungsu di tengah perjuangan menyelesaikan S3, Bude seakan-akan dikirim Tuhan dari langit karena mengasuh Bungsu dengan sepenuh hati. Jarang berkeluh kesah. Bahkan lambat laun, Bungsu dianggap anak sendiri oleh Bude (ibu asuh) dan Pak De. Bungsu pun sudah mau masuk SMP. Rambutnya hitam bergelombang. Mulutnya nyericis. Cepat sekali menghapal. Senyumnya. Bulu matanya lebat.

Tiba-tiba Ibu memeluk Bungsu. Dari sudut kaca mata aku melihat mata Ibu berkaca. Antara aku dan Ibu berjarak sekitar 5 meter. Aku kalau Ibu kerja lebih memilih duduk dan menikmati kopi di bawah pohon jambu.

Aku melepasliarkan drama ini. Dua lelaki sebagai kakak Bungsu di ruang tengah, juga terpana melihat adegan. Mereka seperti terkena hipnotis time travel.

"Siapa yang akan memotong gaji Bude bulan depan hanya untuk empat liter minyak goreng," kata Ibu dengan suara sedikit serak.

"Bude tadi bilang begitu ketika memasukkan dua bungkus minyak goreng," kata Bungsu.

"Apakah Ibu sudah memotong gaji Bude bulan depan? Apakah kamu yakin Ibu akan melakukannya?" tanya Ibu sambil terus mendekap anak perempuannya yang akan beranjak remaja dalam hitungan bulan.
***
Minyak goreng dua belas liter dalam enam bungkus masing-masing dua kilogram itu adalah pembelian sejak Juni tahun lalu. Setiap bulan Ibu membuat catatan untuk belanja. Minyak goreng kalau stok masih banyak hanya membeli empat liter.

Setiap bulan kami memang mengkonsumsi empat liter untuk menggoreng sarapan pagi, tempe goreng, tahu goreng. Paling sering adalah menggoreng pempek kalau ada kiriman dari Palembang. Kebetulan Natal kemarin membeli enam liter minyak goreng. Persiapan untuk goreng menggoreng pempek kalau ada tamu, keluarga datang. Sejak Januari hingga Maret, belum pernah beli minyak goreng lagi.
***
Kening Bungsu pun dicium oleh sang perempuan yang sesama berambut hitam mengikal. "Kasih tahu Bude sono, kalau minyak goreng itu diberi oleh Ibu sebagai tanda cinta".

Perempuan yang mulai meninggi tubuhnya itu langsung melepaskan diri dan berlari ke dapur. Bude yang akan membawa pisang goreng berparutan keju ke depan pun terhenyak ketika melihat Bungsu yang akan memeluknya.

"Ada apa ini?" tanya Bude. "Minyak goreng diberi Ibu. Bulan depan gaji Bude tidak dipotong," cerocos Bungsu sambil memeluk pinggang Bude.

Seakan sudah tahu apa yang akan dilakukan. Bungsu melepaskan pelukan dan membantu membawa empat piring pisang goreng parutan keju ke depan bersama Bude.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun