Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Semua Masa Ada Lagunya

9 Maret 2020   14:08 Diperbarui: 9 Maret 2020   20:25 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang dari lima menit Antariksa sudah duduk di sepeda motor RX Spesial menunggu Sandra turun dari bukit. Sandra menggigit bibirnya, sambil melangkah turun bicara dengan diri sendiri. “Ada apa dengan diriku. Kenapa aku menurut saja dengan lelaki yang baru dikenal ini.”

“Aku antar ke mana perempuan cantik pintar dan punya suara cakep,” tanya Antariksa sambil memberikan helm.

Sambil memakai helm. Sandra duduk di belakang. Sandra masih belum bisa mikir.

Antariksa menarik kopling dan memindahkan gigi dengan mulus dan tarikan gasnya lembut. Motor yang memiliki daya akselerasi yang yahud ini dengan cepat meninggalkan kampus. Memasuki tengah kota, Sandra masih belum memberikan jawaban akan ke mana. Sebaliknya Antariksa justru menikmati sore ini dengan hatinya yang sedang berbunga.

Di lampu merah Charitas, Sandra baru buka suara. “Kita ke Jalan Kutilang.” “Beritahu aku jalannya,” jawab Antariksa. Motor itu melewati angkot hijau yang penuh sesak kalau sore. Meliuk-liuk melewati Rajawali dan masuk ke Kutilang.

Antariksa tercekat. Sebuah rumah berpagar tinggi ada di hadapannya. Sandra turun dan membuka helm dan menggeraikan rambutnya. Sebuah momen yang paling disukanya.

“Terima kasih.” “Kamis aku di laboratorium lagi. Cuma aku nggak tahu apakah dijemput atau tidak. Bila bersedia menunggu di kursi batu, silahkan.”

“Oke,” jawab Antariksa yakin. Walau tak tahu ada kuliah sore atau tidak, tetapi terserahlah. “Ia” kan dulu.

Entah siapa yang menembak duluan. Entah ini disebut pacaran atau bukan. Entahlah.

Tiba-tiba meluncur kisah dari bibir Sandra seolah sebuah pengakuan dosa di hadapan Antariksa. “Aku Alexandra. Aku Alex pembawa acara Surat dari Sahabat. Di rumah dan teman kuliah memanggilku Sandra. Aku minta agar kau menjaga rahasia ini. Ada sesuatu yang membuat kerahasian ini harus dijaga. Aku punya masa lalu. Aku menjadi penyiar radio karena ingin berguna bagi pendengar, masyarakat. Aku ingin menjadi katup sosial penyelamat. Jangan seperti teman SMA ku yang tak tertolong, mati overdosis. Terima aku apa adanya. Kalau tak bisa tinggalkanlah aku sekarang sebelum semuanya terlalu sakit untuk dikenang,” kata Alex… eh… Sandra… Alexandra.

Melalui Surat dari Sahabat, Alex membantu mereka yang sedang patah hati agar kuat menjalani hari. Membantu mereka yang sedang jatuh cinta agar menjaga cinta. Membantu yang malas belajar dengan mengingatkan perjuangan bapak ibu, mamang bibik serta pengorbanan adik kakak di dusun agar wesel tetap lancar terkirim. Membantu mereka yang belum punya pacar untuk tetap optimis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun