Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Semua Masa Ada Lagunya

9 Maret 2020   14:08 Diperbarui: 9 Maret 2020   20:25 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki dari Toba bahkan lebih haru lagi. “Akan kujadikan istri kalau tinggi putih dan cantik walaupun inang memarahiku.”

Alex malam itu membuat tujuh lelaki menghentikan aktivitas makan dan juga mengerjakan tugas untuk dikumpul besok. Lagu Dian Pramana Poetra, “Kau Seputih Melati” menjadi pembuka.

“Kau bunga di tamanku 
Di lubuk hati ini. 
Mekar dan kian mewangi 
Melati pujaan hati ….”

Surat seorang pembaca yang jatuh cinta pada seorang perempuan. Si perempuan telah mewarnai hidupnya sehingga penuh warna dan bersemangat menjalani hidup. Namun, dia lelaki hanyalah lelaki yang hanya berani berkelahi di lapangan bola, daripada berhadapan dengan pujaan hati dan menyatakan cinta. Hmm… tampang Rambo tapi hati Rinto….

Suatu sore, enam lelaki dengan tiga sepeda motor menyusuri jalanan di Kecamatan Ilir Timur 2 mencari tahu alamat radio tempat Alex menaburkan suara ngebassnya. Patokan mereka adalah tiang tinggi pemancar dan antena.

Keenam lelaki ini tidak mengetahui kalau Alex itu sudah meminta kepada pimpinan radio dan seluruh staf untuk merahasiakan jati dirinya. Kecuali nama, ya hanya nama udara yang boleh diinformasikan selain itu tidak boleh. Titik.

Bahkan ketika ada penggemarnya yang kebelet pengen ketemu dengan Alex, mendatangi stasiun ketika acara baru mulai dan menunggunya hingga acara selesai. Penggemar itu gigit jari karena Alex rela tak pulang usai acara dan memilih pulang dini hari daripada menemui pemujanya itu.

Jadi ketika mereka sampai dan mencari tahu siapa sesungguhnya Alex. Mereka hanya mendapatkan nama. Tidak lebih dan tidak kurang. Keenam lelaki yang tenggelam dalam kecewa itupun akhirnya membunuh sore di Pasar Kuto. Menikmati kopi pahit ditemani sate kerang dan pempek tunu alias pempek panggang.

Alex memang misteri. Dia sengaja membangun brand misteri. Itulah yang membuat Alex mempesona pendengarnya. Bahkan teman kuliahnya pun tidak ada yang tahu kalau Alex adalah penyiar radio pembawa acara “Surat dari Sahabat.”

Suatu sore, Antariksa tengah menikmati desiran angin sore, jelang gelap terhenyak di kursi batu pinggir fakultasnya. Mengenali suara khas yang ditunggunya setiap siaran membaca Surat dari Sahabat. Suara itu berasal dari perempuan yang memakai jas laboratorium, memiliki warna suara yang mendekati suara Alex.

Entah, virus apa yang menjangkiti Antariksa sehingga merasa yakin kalau perempuan yang memakai jas laboratorium itu adalah Alex.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun