Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Si Tua Menikmati Kopi Kiwari

5 Oktober 2019   12:21 Diperbarui: 5 Oktober 2019   12:40 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati Kopi Susu dan Martabak Telur Kuah Kari di Bedur Dempo Reokan I Foto: OtnasusidE

Bagi para pekerja seperti kami kemungkinan untuk terkena sakit jantung dan penyakit dibawa mati lainnya mungkin propabilitasnya lebih besar. Sering begadang menjaga kolam agar tidak dimasuki biawak. Sering begadang ketika musim kemarau menjaga agar air pasokan ke kandang ayam tidak habis, kalau musim hujan menjaga agar ruang ayam tetap hangat.

Makan tak teratur hanya minum kopi yang teratur bahkan terkadang sampai over dosis. Kopi sahabat yang memang setia menemani selain tentunya bagi teman man teman sebatang rokok.

Lapor KPAI, di dusun itu anak dibawah umur merokok itu biasa sekali. Padahal tidak ada Beasiswa Djarum. Sudah dilarang tapi ya begitu deh. Mereka pandai sembunyi untuk menikmati nikotin dan racun lainnya yang bisa merusak tubuhnya. Walau gambar dibungkus rokok seram, cuma ya masih lancar jaya.

Kalau turun gunung dari kebun, kandang dan kolam banyak sekali kopi kiwari yang tersebar merata di Pagar Alam. Sebuah kepingan surga yang sudah mulai terpapar oleh sampah di selokan dan juga di saluran irigasi.

Menikmati kopi kiwari di puncak Bukit Barisan Sumatra itu bikin kangen. Ada warung kopi di depan Pabrik Teh Gunung Dempo, di depan Lapangan Merdeka, di kawasan Dempo reokan malah ada dua warung kopi kiwari, ada juga di kaki Gunung Dempo di tangga 2001 tepatnya di Villa Gunung Gare.

Kalau mau minum kopi susu siang maka pilihlah warung kopi di depan Pabrik Teh Gunung Dempo. Suasana sejuk dan lanskap kota terlihat dari atas.  Di sini makanan ringan tradisional juga banyak. Ada juga model kriuk yang legendaris.

Minum kopi susu di Villa Gunung Gare pemandangan langsung ke Gunung Dempo. Ada pisang goreng, ada ubi goreng. Suasananya adem dan tenang. Memandang Gunung Dempo disinari matahari menjelang sore.

Malam hari di sini epik karena sinar gemerlap lampu di perkampungan di atas Gunung Dempo terlihat. Terang tidak tetapi titik-titik cahaya itu seperti kunang-kunang yang tak mau beranjak dari gelapnya perkebunan teh.

Warung kopi di depan Pabrik Teh Gunung Dempo memang menjadi semacam paradoks, di depan pabrik teh, eh kitanya minum kopi pahit ataupun kopi susu. Tapi itulah suasananya. Saya sepertinya membeli kopi susu sekaligus suasana.

Kopi susunya ngangenin. Bisa manis, bisa juga tidak terlalu manis karena mbaknya yang meracik sudah manis dan yang ngopi hitam manis.

Ngopi susu di Bedur di kawasan Dempo Reokan rasanya pas. Pas di lidah dan pas juga di kantong. Kopi susu di Bedur bisa keras sekeras rasa kopi, ada sedikit rasa susu ataupun susunya yang keras kopinya yang menjadi semacam manis-manis pahit. Kalau bisa juga ditambah kreamer sedikit untuk menambah rasa gurih. Cuma biasanya di sini lebih senang minum kopi susu. Susunya yang berasa keras dengan latar susu.

Terus terang sebagian besar pada umumnya harga kopi di Pagar Alam pas. Harga kopi tidak ada yang membuat kantong jebol, lima belas ribu rupiah itu sudah mahal banget. Mungkin di sinilah pusatnya bahan baku, jadinya ya harga kopi masih bisa ditekan.

Bagi yang kangen minum kopi dengan gelas kembang jaman jadul boleh ke warung-warung kecil. Kopi segelas kecil dijual tiga ribu, kalau mo nambah susu supaya jadi kopi susu tinggal nambah dua ribu rupiah.

Sebagian besar pemain kopi kiwari anak-anak muda. Para penikmatnya juga anak-anak muda. Semoga mereka tetap kreatif dan juga bisa bertahan dengan inovasi-inovasi baru yang bisa pas dengan kondisi kantong di dusun.

Kaki Kupu-Kupu I Foto OtnasusidE
Kaki Kupu-Kupu I Foto OtnasusidE

Saya yang tua hanya nyempil sedikit bersama teman-teman untuk menikmati kopi kiwari agar terlihat tak tampak tua. Cukup istri saya saja yang bilang saya tua karena anak sudah besar. Jiwa tetap muda dengan sesekali menikmati kopi dengan kaki kupu-kupu, istri cantik yang awet muda walau umur menginjak paruh baya.

Semua punya pasar sendiri. Semua punya rezeki sendiri. Kreatifitas dan inovasi kuncinya. Kopi kiwari akan terus berproses seperti Paradigma Kuhn. Totalitas para pemain kopi mulai dari petani, pengepul, peracik kopi dan penjualnya agar sekeping surga di punggung Bukit Barisan Sumatra itu tetap terjaga.

Salam kopi kiwari.

Salam dari puncak Bukit Barisan Sumatra

Salam Kompal

Dok. Kompal
Dok. Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun