Petai memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi. Kandungan tryptophan dan vitamin B6 di dalam pete juga bisa membantu emosi seseorang untuk menjadi lebih tenang dan bisa mengurangi tingkat depresi. Kandungan kaliumnya yang tinggi membuat petai menjadi obat tradisional untuk mencegah penyakit darah tinggi, diabetes dan juga ginjal (7).
Harga jengkol di pasaran sangat tinggi. Di Jawa, harga jengkol bahkan di kisaran Rp 30.000 hingga Rp 60.000,- per kilogram. Sekitar tiga tahun sebelumnya (2015) harga jengkol sudah Rp 30.000,- per kilogram dan ditingkat eceran mencapai Rp 60.000,- per kilogram (8). Di bulan Agustus 2018 harga jengkol Rp 70.000.,- per kilogram (9).
Terlihat kalau harga jengkol sejak 2015 memiliki kecenderungan untuk terus merangkak naik. Di tahun 2018 mencapai puncaknya Rp 70.000,- per kilogram. Sebuah harga yang sangat menggiurkan petani.
Harga petai per papan, Rp 5.000 di Palembang bulan September 2018 ini. Di bulan Juni 2013 harga petai seharga Rp 150.000,- per kilogram di Malang Jawa Timur (10). Di Bandung bulan Juni 2018 harga petai di Pasar Induk Ciroyom Rp 300.000,- per kilogram (11).
Si kapsul hijau ini memang bikin pusing. Harganya terus meroket. Bahkan di Bandung mencapai Rp 300.000, per kilogram. Apa nggak gila?
Sungguh aneh tapi nyata, ternyata jengkol dan petai yang harganya selangit tidak tercium oleh elit. Jengkol dan petai yang bau, ternyata tidak seksi dan tidak menjual dibandingkan telur, daging ayam dan daging sapi.
Aneh, padahal jengkol dan petai memiliki manfaat yang sangat banyak bagi tubuh. Apakah ada yang salah dengan jengkol dan petai?
Apakah jengkol dan petai bukan makanan elit? Apakah jengkol dan petai hanya makanan rakyat jelata sehingga tidak gaduh padahal harganya selangit?
Sudahlah nggak usah gaduh! Ngapain gaduh makanan bau. Bau itu tidak seksi.
Ahhhh. Jadilah jangan mengeluh. Kalau mengeluh terus memang bisa makan. Justru kalau mengeluh malah membuat tubuh menjadi luluh lantak menyalahkan semuanya pada orang lain. Padahal diri sendiri itu bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Jangan pernah minta belas kasihan orang lain.