Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Dua Perempuan, Dua Jalan, dan Satu Arah

18 Agustus 2018   14:07 Diperbarui: 18 Agustus 2018   18:53 1894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/Pertama/ 

Sore di jalan protokol di Punggung Bukit Barisan Sumatra, ada seorang ibu-ibu yang sedang menelpon dengan semangat. Muka dan nada suaranya sumringah. Beberapa orang yang ada di samping dan belakangnya pun jengah.

Si ibu ini sepertinya lupa daratan. Tidak tahu sedang berada di mana. Padahal dia berada di tempat umum. Di tempat makan ayam bakar dan bakso.

Si ibu membicarakan mengenai keburukan suaminya. Suaminya yang selingkuh. Suaminya yang tidak seperakpun membiayai anak-anak mulai dari melahirkan ngurus akte hingga ke biaya kuliah. Suaminya yang tidak pernah sekalipun memberi uang belanja.

Beberapa orang sudah batuk-batuk. Ibu-ibu lain yang kebetulan ada di belakang sudah berdehem-dehem.

Sayang, batuk dan  deheman  orang lain itu tak mempan. Ibu itu sambil terus mengumbar keburukan suaminya. Si ibu berhenti ketika membayar makanan dan kemudian naik motor pulang ke rumah.

Ada orang bilang, ada tiga orang yang lupa daratan di dunia ini. Satu orang yang sedang jatuh cinta. Satu orang yang sedang selingkuh. Satu pendukung aliran politik dan kelompok tertentu. Apapun nasehat dan juga penjelasan dari orang lain tak ada yang masuk ataupun diterima.

Si ibu ini kemudian melanjutkan pembicaraan di rumahnya. Kembali si ibu menceritakan mengenai keburukan suaminya.

Sang lawan bicara yang juga lelaki beristri pun menanggapi dan bahkan setiap hari menelpon menjelang kerja, sedang kerja dan juga menjelang pulang kerja. Mereka setiap hari bervideo call.

Sudah ada kesepakatan kalau lelaki beristri itu pulang ke rumah maka selingkuhan perempuan yang bersuami itu tidak akan menghubunginya. Begitupun kalau si istri ada suaminya maka si lelaki selingkuhan tidak akan intens menghubunginya. 

Sudah ada kesepakatan dari mereka agar hubungan ini tidak boleh diketahui oleh pasangan masing-masing. Walau demikian, si ibu yang sedang jatuh cinta ini ketika ditanya oleh si lelaki, bagaimana kalau ketahuan oleh suaminya maka jawabannya adalah tetap memilih lelaki selingkuhan.

Tentu saja sang lelaki menjadi lebih bersemangat, hatipun menjadi berbunga-bunga, mendengarkan dan berbagi cerita satu sama lain. Mulai dari mengucapkan selamat ulang dan akan tiup lilin bersama. Bahkan si lelaki akan menyusul ke hotel kalau si perempuan dinas ke luar kota di kota yang sama dengan si lelaki atau sebaliknya. Kadang keduanya bertemu dalam satu acara sebagai alasan pada pasangan masing-masing untuk bertemu dan melepas rindu.

Si ibu ternyata tidak hanya mengumbar keburukan suami kepada lelaki selingkuhannya. Juga mengumbar keburukan suaminya kepada teman grup alumni sekolahnya dan juga kepada rekan kerja suaminya.

Anehnya menurut sahibul hikayat, walau sudah menceritakan keburukan suaminya, ternyata ibu tersebut masih hidup bersama dengan suaminya. Kalau untuk apakah terjadi hubungan seksual diantara mereka tidak ada yang tahu. Begitupun dengan lelaki selingkuhan sampai saat ini masih hidup dengan istrinya.

Tak diketahui dengan pasti bagaimana dengan hati dan perasaan serta pikiran sang ibu yang menceritakan keburukan suaminya pada orang lain tetapi masih hidup bersama dengan suaminya. Demikian pula dengan lelaki selingkuhannya masih hidup bersama dengan istrinya.

Apakah ini fenomena kehidupan modern? Seorang sejarawan mengungkapkan pada satu perjalanan, kalau selingkuh, berkhianat, berzina itu sudah ada, terjadi sejak zaman dulu.  Sebagai contoh, lihatlah di kitab-kitab agama samawi. Hanya yang Maha Tahu dan yang Tidak Tidur yang menciptakan langit dan bumi yang menciptakan alam semesta ini yang tahu hati, perasaan dan pikiran lelaki dan perempuan yang berselingkuh.

/Kedua/

Seorang ibu duduk tenang dalam sebuah pertemuan. Sebagai salah seorang panitia, ibu ini berpembawaan tenang dan mengerjakan apa yang menjadi tugasnya dengan baik. Bahkan ibu ini terkadang malah membantu pekerjaan di bagian kepanitian lain.

Selama tiga hari bekerja di pertemuan itu ibu yang kalem ini ternyata pada jam-jam tertentu melarikan diri. Si ibu menyelinap pergi setelah tugas-tugas dan juga setelah sesi kegiatan berjalan lancar.

Si ibu yang sudah bersuami ini ternyata menemui lelaki yang juga sudah beristri. Tidak ada kata umbaran dari si perempuan mengenai kenegatifan suaminya.

Mereka terlihat makan dan minum. Obrolan mereka mengenai pekerjaan dan juga  kejadian sehari-hari.

Sepertinya mereka memakai perjanjian tidak mengorek ataupun menceritakan, bercerita mengenai pasangan masing-masing. Biarkanlah pasangan masing-masing berada di tempatnya masing-masing.

Mereka membuat relasi yang unik seakan-akan mereka adalah perempuan dan lelaki yang tidak memiliki suami ataupun istri. Tidak ada aturan ataupun keterpaksaan. Semua dijalani seperti biasa. Silahkan menelpon ataupun berkirim SMS, WA kapan saja.

Bila ingin bertemu tinggal bertemu. Bila ingin makan tinggal makan. Bila ingin ngobrol tinggal ngobrol.

Satu waktu si istri yang berselingkuh ini mengungkapkan kalau dirinya tidak akan menceritakan keburukan suami karena dirinya dulu memilih suami karena memang adalah pilihannya. Waktu tidak bisa dibalik apalagi dihapus.

Cinta dulu menjadi alasan. Walau ternyata sebelum menikah si suami masih tetap berhubungan dengan teman perempuannya tetapi ternyata hubungan itu tak putus.

Bahkan dulu sang suami pernah salah kamar mengirimkan pesan WA selingkuhan barunya ke WA istri. Sang istri tetap kalem saja. Mesem sebentar untuk mengingatkan suami kalau ngirim pesan hati-hati, jangan salah kamar lagi.

Istri yang berselingkuh itu tetap mengurusi keperluan suaminya. Bahkan, kalau suaminya sakit, tetap diurusi dan dibawa berobat ke dokter spesialis hingga sembuh.

Satu waktu, si istri yang berselingkuh ini mengungkapkan kalau rahasia suaminya itu yang mengetahui hanya dirinya dan juga orang yang menguping pembicaraan ini. Selain itu tidak ada yang tahu mengenai rahasia suaminya.

Suami tetaplah suami. Walau sudah pernah diajak untuk bercerai tetapi tidak mau sehingga akhirnya berjalan sendiri-sendiri. Bila ada yang sakit atau kesusahan tetap ditolong.

Biarlah berjalan apa adanya. Satu waktu juga akan berpisah pada kematian. Tidak ada yang tahu.

Pada satu perjalanan, sejarawan mengungkapkan ibu kedua ini tegar. Dia sudah berusaha untuk mengajak sang suami ke kebaikan tetapi justru tak berjalan. Sang istri tidak mau mengumbar keburukan suami karena sang istri tahu untuk apa diumbar karena jalan hidup yang menentukan adalah dirinya. Semua perjalanan dan perbuatan ditanggung sendiri.

/Jalan Neraka/

Seorang lelaki tersenyum melihat dua perempuan, tiga perempuan, empat perempuan. Si lelaki tersenyum melihat dua lelaki, tiga lelaki dan empat lelaki.

Si lelaki pejalan sejarah itu memilih jalan ke neraka. Menurutnya asik jalan ke neraka.

Si lelaki memilih jalan ke neraka karena perempuan pertama sering ngomong akan menabung dan membuat jalan ke surga tetapi jalannya malah mengarah ke neraka. Si perempuan pertama ini juga  mengajak seluruh teman-temannya menuju neraka karena sudah mengajak teman-temannya membenci suaminya dan mengharap simpati dari rekannya sebagai korban.

Dengan aksinya itu si perempuan malah bisa membuat fitnah. Fitnah lebih besar malah bisa muncul. Padahal fitnah itu dosanya sereeem. Yakin tak sedikitpun si suami mengurusi keluarganya.

Si lelaki memilih jalan ke neraka karena si perempuan kedua  bertanggungjawab sendiri atas apa yang telah dia perbuat. Si perempuan tak menyesal karena tahu waktu tak bisa dihapus apalagi dibalikkan.

Si perempuan kedua menantang Tuhan, tidak juga karena si perempuan tahu, perbuatannya adalah keinginannya. Perbuatannya adalah tanggungjawabnya walau pasti ada sebab. Sebab tidak bisa dimintai tanggungjawab, tetapi yang berbuatlah yang bisa dimintai tanggungjawab.

Si pejalan sejarah mengaku tidak seksis. Cerita ini hanyalah mencari sudut mulai cerita. Cinta, selingkuh, khianat dan lain sebagainya relasi manusia adalah keinginan pelakunya. Kalau pelakunya tidak mau, cinta, selingkuh khianat dan lain sebagainya relasi manusia itu tidak akan terjadi.

Kalau itu terjadi maka tidak ada cerpen ini. Si lelaki pejalan sejarah bilang pada penulis, aku sudah nggak perlu kerja lagi untuk mengarahkan jalan ke neraka. Semua sudah tahu jalannya. 

Salam Kompal

Logo Kompal
Logo Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun