Tentu saja sang lelaki menjadi lebih bersemangat, hatipun menjadi berbunga-bunga, mendengarkan dan berbagi cerita satu sama lain. Mulai dari mengucapkan selamat ulang dan akan tiup lilin bersama. Bahkan si lelaki akan menyusul ke hotel kalau si perempuan dinas ke luar kota di kota yang sama dengan si lelaki atau sebaliknya. Kadang keduanya bertemu dalam satu acara sebagai alasan pada pasangan masing-masing untuk bertemu dan melepas rindu.
Si ibu ternyata tidak hanya mengumbar keburukan suami kepada lelaki selingkuhannya. Juga mengumbar keburukan suaminya kepada teman grup alumni sekolahnya dan juga kepada rekan kerja suaminya.
Anehnya menurut sahibul hikayat, walau sudah menceritakan keburukan suaminya, ternyata ibu tersebut masih hidup bersama dengan suaminya. Kalau untuk apakah terjadi hubungan seksual diantara mereka tidak ada yang tahu. Begitupun dengan lelaki selingkuhan sampai saat ini masih hidup dengan istrinya.
Tak diketahui dengan pasti bagaimana dengan hati dan perasaan serta pikiran sang ibu yang menceritakan keburukan suaminya pada orang lain tetapi masih hidup bersama dengan suaminya. Demikian pula dengan lelaki selingkuhannya masih hidup bersama dengan istrinya.
Apakah ini fenomena kehidupan modern? Seorang sejarawan mengungkapkan pada satu perjalanan, kalau selingkuh, berkhianat, berzina itu sudah ada, terjadi sejak zaman dulu. Â Sebagai contoh, lihatlah di kitab-kitab agama samawi. Hanya yang Maha Tahu dan yang Tidak Tidur yang menciptakan langit dan bumi yang menciptakan alam semesta ini yang tahu hati, perasaan dan pikiran lelaki dan perempuan yang berselingkuh.
/Kedua/
Seorang ibu duduk tenang dalam sebuah pertemuan. Sebagai salah seorang panitia, ibu ini berpembawaan tenang dan mengerjakan apa yang menjadi tugasnya dengan baik. Bahkan ibu ini terkadang malah membantu pekerjaan di bagian kepanitian lain.
Selama tiga hari bekerja di pertemuan itu ibu yang kalem ini ternyata pada jam-jam tertentu melarikan diri. Si ibu menyelinap pergi setelah tugas-tugas dan juga setelah sesi kegiatan berjalan lancar.
Si ibu yang sudah bersuami ini ternyata menemui lelaki yang juga sudah beristri. Tidak ada kata umbaran dari si perempuan mengenai kenegatifan suaminya.
Mereka terlihat makan dan minum. Obrolan mereka mengenai pekerjaan dan juga  kejadian sehari-hari.
Sepertinya mereka memakai perjanjian tidak mengorek ataupun menceritakan, bercerita mengenai pasangan masing-masing. Biarkanlah pasangan masing-masing berada di tempatnya masing-masing.