Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Tua Peziarah Kubur

22 Juni 2018   08:54 Diperbarui: 22 Juni 2018   09:22 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibu tahu dari mana kalau tetangga ibu ngomong seperti itu," kataku sambal menyantap gado-gado yang datang.

"Suara hatiku. Dan sekarang justru apa yang dia tuduhkan berbalik pada dirinya," kata si perempuan tua sambil tertawa ngakak.

"Ibu tahu darimana tuduhan itu berbalik pada dirinya?".

"Suara hatiku. Dari mukanya yang  mesum  celako,"  lanjut si perempuan.

"Jangan pernah menilai orang apalagi menuduh yang kita tak tahu. Itu fitnah. Tuduhan itu bisa berbalik pada diri kita sendiri," lanjutnya.

"Loh, ibu sudah menuduh tetangga ibu, apa ada bukti," kataku sengit.

"Kamu itu kan lagi kangen sama anakmu yang nun jauh kan," tambah si perempuan itu.

"Kok tahu".

"Karena itu terpancar di hatimu".

"Temuilah anakmu setelah kau mengantarku pulang. Ziarahlah kalau kau kangen dengannya. Itu pengobat rindu. Kalau kau tak ada uang. Ingatlah senyumannya. Ingatlah masa-masa bahagia bersamanya. Anakmu pasti senang di surga sana."

Seusai mengantarkan perempuan tua itu. Motorku pun kupacu ke sebuah tempat peristirahatan. Satu pohon bunga mawar putih menjadi penanda anak tertuaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun