Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Tua Peziarah Kubur

22 Juni 2018   08:54 Diperbarui: 22 Juni 2018   09:22 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doa-doa pun lalu dilantunkan dengan khusyuk. Kami pun lalu meninggalkan kuburan. Tiba-tiba datang beberapa anak muda menghampiri perempuan tua itu. Dan uang Rp 120 ribu keluar dari dompetnya. "Empat minggu ya," katanya. "Ia bu," jawab salah seorang pemuda itu.

Demikian pula dengan kuburan satunya lagi yang kebetulan berkeramik berwarna hijau. Si perempuan tua melantunkan doa dan menaburkan kembang.

Uang Rp 25 ribu pun keluar lagi dari dompet untuk kembang dan parkir motor.

"Kuburan yang baru itu akan amblas sekitar tiga bulan lagi apa perlu ditambah tanah," kata seorang lelaki tua yang menerima uang Rp 25 ribu.

"Tolong diurus saja. Kalau umur panjang aku akan bayar," katanya.

Setelah meninggalkan kuburan aku arahkan motor ke sebuah warung gado-gado.

Sebelum gado-gado sampai ke meja kami. Aku memberanikan diri untuk bertanya, "ibu banyak uang ya? Ziarah tadi aku lihat paling tidak ibu sudah keluar seratusan ribu lebih".

"Tidak. Malah pas-pasan saja. Kalau mau jalan ke dusun. Ya, nunggu kiriman dari dusun ataupun pemberian dari anak-anak," katanya.

"Kenapa ibu tadi bilang di kuburan mengenai fitnah,".

"Semasa hidup suamiku. Ketika suamiku sudah pensiun. Aku itu sering dibonceng oleh adiknya untuk arisan di kantor dan tetangga aku bilang itu  sumbang mato.  Bisa orang berpikiran kalau aku itu  ado  hubungan dengan adiknya," kata si perempuan tua itu.

"Bersyukur. Aku sampai saat ini masih menjaga kehormatan diriku dan juga kehormatan laki aku.  Makonyo  aku tadi berdoa seperti itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun