Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bertemanlah dengan Anak

19 Maret 2018   18:37 Diperbarui: 20 Maret 2018   07:13 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: https://shop.kmberggren.com

Mereka dilarang buat FB, dilarang buat Twiter, Line, Instagram. Mereka boleh buat setelah punya KTP atau nanti kalau mereka sudah bisa bertanggungjawab. Percayakah kita kalau anak SD itu sudah bisa buat  FB, Instagram Twiter dan Line? Aku  sih  percaya, karena keingintahuan mereka sangat tinggi.  Teman si sulung dan tengah, pernah cerita kalau sebagian temannya sudah ada yang punya FB, Twiter dan Line serta Instagram.  Tepok  jidat  aku.  Artinya anak-anak ini sudah kelayapan ke mana-mana di dunia maya.

Sulung dan tengah, hanya punya WA saja itupun dalam pengawasan yang  super  duper  ketat. WA itu cuma untuk menghubungi kakek dan nenek serta keluarga dekat, termasuk kami berdua. Juga grup sekelasnya, untuk berbagi info sekolah dan  gossip-gosip  sedikitlah.

Inspeksi dilakukan oleh ibunya tanpa mengenal hari. Bisa hari Sabtu, Minggu ataupun Rabu. Pokoknyo berganti hari. Kalau dia ganti  password  he  he  he  dengan telunjuk lancipnya maka sang ibunya akan memintanya untuk memberitahu passwordnya. Ke sekolah tidak membawa HP.

Nah,  bagaimana dengan ibunya anak-anak yang sering keluar kota, cukup lama. Kalau itu jelas SOP nya. Si Mbok Asih akan memegang HP dan akan memberitahu kalau ada telepon. Di rumah tidak ada Wifi. Pakai kuota biar anak-anak tahu diri caranya berhemat dan lebih enak mengawasinya.

Jelang akhir babak kedua ini, mungkin tulisan temanku 10 cara amankan gawai anak dari konten dewasa boleh menjadi referensi. Kalau temanku kan buat 10 cara mengamankan gawai anak dari konten dewasa lah aku cari lima penendang karena ini tulisan masih harus agak panjang dikit di adu pinalti.

Adu Pinalti

Ini pertanyaan jujur yang harus kita, sebagai orangtua jawab sendiri? Kalau aku, sudah aku jawab aku terkadang memotret istriku dengan gaya yang agak-agak sexy. Terserah  deh  mo  gaya apa. Terkadang pakai kamera telepon pintar, tetapi lebih sering dengan kamera.

Satu hal yang paling ditekankan oleh istriku adalah setelah menikmati gaya sexy itu harus dihapus dan diformat. Istriku sendiri tidak mau gayanya dilihat oleh orang lain selain oleh diriku. Apalagi oleh anak-anak.

Nah, ingat hapus. Apakah anda tahu kalau setelah menonton film porno kiriman di WA ataupun unduhan dari situs, itu jejaknya masih ada? Kita hapus di WA  eh  masih nongol di direktori video.  Wak  wak  wak.  Kalau kita  forward  video itu ke orang lain maka video itu akan ada di direktori video.

Jadi hapuslah video itu baik di WA maupun di direktori video. Ribet  belibetkan.  

Anak itu keingintahuannya tinggi banget. Bisa jadi satu saat kita lupa menghapus. Kita lupa mengunci layar. Nah, loh bisa  berabe  kalau anak membukanya.  Bisa-bisa belum waktunya beradegan porno,  eh  karena terinspirasi video yang lupa dihapus ibu dan bapaknya, kemudian jadi mencoba-coba beradegan porno dengan temannya atau pacarnya. Apa nggak bikin naik darah dan bikin kita stroke bin malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun