Jelang tengah hari, tiba-tiba ada pesan WA masuk. Foto kertas kuarto yang di atasnya ada sisir kerep dan bintik-bintik hitam, serta beberapa helai rambut. Disusul 3 menit kemudian ada kiriman video 10 detik tentang bintik-bintik hitam bergerak di kertas putih.
Tak berapa lama, telepon berdering.
"Confirm! Â Kayla benar-benar kutuan. Aku dipastikan ketularan. Tapi aku sudah sisirkan beberapa kali, aku belum dapat kutu di rambutku," kata istriku.
Aku yang mendengar penjelasan istriku jadi melongo dan mengambil nafas sebentar untuk mencari kosa kata yang tepat agar istriku tidak tersinggung.
"Sayangku, cintaku.... Semestinya dirimu memakai sisir kerep yang lain. Jangan memakai sisir kerep bekas Kayla. Kecuali sisir kerep itu sudah dibersihkan benar-benar sehingga tidak ada telur kutu yang nyangkut disitu, trus nanti malah pindah ke rambutmu," kataku lembut.
Istriku pun terkejut. Dan hanya terdengar dengus nafasnya. Â Hadeuuuwww. Â Ini pasti lagi naik tegangan.
"Terus apa saranmu," katanya.
"Kalau di dusun zaman dulu. Orang kutuan itu kepalanya didekatkan dengan monyet dan monyet akan mencari kutu dan memakannya," kataku dengan tenang.
"Oke nanti aku akan ajak Kayla ke Ragunan. Â Aku akan mencari kandang monyet untuk membersihkan kepala anakmu," katanya tenang tapi tajam.
Aku nggak nyangka kalau candaanku disambar oleh istriku. Aku nggak akan bisa membayangkan kalau rambut ikal Kayla dipegang-pegang oleh monyet.  Yak  wa. *)
"Jangan!  Jangan  ya,  sayangku.  Duh...  bukan begitu. Aku hanya bercanda, sayangku.  Please.  Kan zaman now ada obat anti kutu.  Nah,  sekalian dirimu juga untuk memakai obat anti kutu. Sisir Kayla juga dipisahin.  Jangan sampai Kakak dan Kevin makai sisir Kayla. Bantalnya dijemur," kataku.