Istriku pun membalas dengan lembut. "Aku tak akan membuat Tuhan cemburu".
Minggu pagi aku bersama anak-anak mengantarkan istri tercinta ke titik pertemuan di sebuah taman. Istriku pun terlihat ceria dengan teman-temannya. Istriku pun mengenalkan pada beberapa temannya termasuk kepada mantan pacarnya.
Reuni mereka dilakukan di kota hujan. Sekitar tiga jam perjalanan.
"Aku akan pulang sebelum pukul 6 sore".
"Nikmatilah waktumu," kataku.
Aku bersama Sang Kakak, Kevin dan Kayla pulang ke rumah. Kami menunggu bubur ayam yang dijual dengan menggunakan motor. Usai makan bubur, aku menantang Kevin untuk masak nasi goreng buat makan siang.
Aku membayangkan kalau dia akan kesulitan untuk mengulek bumbu tetapi aku ternyata salah total. Bagaikan seorang  chef Kevin mengiris halus bawang merah dan bawang putih serta cabe rawit. Dua mata kompor dihidupkan. Dua kuali diletakkan dan api diatur.
Ayam bumbu yang sudah direbus di kulkas dia suwir-suwir. Selada air dia bersihkan. Telur diorak arik. Wortel dan ketimun di potong dengan parutan khusus. Terakhir dia minta Kayla untuk beli bumbu nasi goreng di warung serba ada di belakang rumah dan meminta Kakak untuk menyusun piring di meja makan.
"Curang," protesku.
Kakak dan Kevin pun tertawa ngakak.
"Maaf Ayah. Kalau dulu Ayah ribet dengan  ngulek.  Sekarang sudah zaman now. Kalau lelaki nggak bisa masak  ya bukan lelaki zaman now," kata Kevin tertawa ngakak diikuti dengan Sang Kakak.