"Nggak lagi karena ada kamu".
Dan sudah jadi kebiasaannya, adalah istriku menyandarkan kepalanya ke pundakku. Kuhitung maksimal 30 menit  nih dia kerja.
Dan  Oo0 Laa Laa.  Benar. Kurang dari tiga puluh menit malah.
"Kau yakin aku masih cantik?" katanya sambil menyeruput teh.
"Ia  lah kenapa? Kalau kau nggak cantik aku nggak akan bilang kau cantik dulu di kebun karet".
Ketika kami masuk ke dalam rumah di ruang tengah, tiga mata terlelap, tergeletak malang melintang. Kami memandangi mereka. Aku sangat suka pemandangan ini. Sambil kugenggam tangannya, kusampaikan mereka buah cinta kita.
Kuremas tangannya dan kurengkuh pinggangnya dan kucium jidatnya.
"Kalau kau nggak cantik aku nggak akan minta nambah dua anak lagi setelah Kakak".
"Itu karena kau curang".
"Ha ha ha. Â Karena aku berhasil membuatmu lupa masa suburmu. Kau suka kan".
"Kau cantik pada masanya. Waktu tak bisa dilawan. Kau gemuk karena mengandung mereka".