"Selamat Siang, Bu apakah akan memesan minuman dingin untuk siang yang panas ini?".
"Boleh. Aku pesan  es kacang merah untuk seorang lelaki yang menikmati diriku sejak pertama kali dia datang".
Prameshwari tidak menoleh sedikitpun. Dia tetap memandang ke Kampung Kapitan di Ulu.
Hiiiii... Ternyata dia sudah tahu kehadiranku di geladak.
"Bagaimana kau tahu?".
"Pertama, dirimu adalah orang baik. Sedikit nakal. Berani mengambil resiko. Ceroboh. Berusaha baik dalam setiap pekerjaan".
"Kedua, dirimu selalu berkeringat bila dalam tekanan. Â Nah, Â keringatmu itu yang baunya mampir ke hidungku sebagai tanda kalau itu dirimu ada di geladak. Mengalahkan ciri khas hawa sungai".
"Ha ha ha ha. Â Dirimu nakal dan sok pintar menganalisis orang."
"Kalau aku tak pintar, aku tak masuk kedokteran.  Aku harus menganalisis  anamnesis. Aku harus melihat kondisi pasien.  Kalau aku ragu maka aku akan minta tes labor.  Baru aku menegakkan diagnosis.".
"Mantap.  Loh kan belum jadi dokter".
"Ha ha ha ha.  Iya. Sudah duduk  yuk".  Sambil Prameshwari berbalik menghadapku.