Aku mengangguk.
"Aku butuh jawaban. Bukan anggukan. Tatap mataku!".
"Iya," kataku sambil membalas tatapan matanya yang nanar.
"Terimakasih. Masuk ya... di tabloid kampus edisi ini," kata Prameshwari sambil tertawa.
Aku kembali tersenyum dengan gayanya. Nakal yang pandai.
"Janji kamu ya. Sudah habis  nih  nasi. Yok, ke Posko!" kata dokter muda ini melompat berdiri.
Berjalan dalam diam kami tak menyadari ternyata kami sudah sampai di Posko. Beberapa rekan Prameshwari yang ada memperhatikan kami dari jauh.
"Mesh, inikah orang yang meluluhkan hatimu?" tanya pembawa berita ketika kami sudah dekat dengan teman-temannya.
"Tanyalah dengannya! Aku  kan  luluh," ujarnya kalem.
***
Tulisan mengenai pengobatan massal selesai. Stopwatch di jam tanganku menunjukkan  03.38.30.  Jam menunjukkan 00.38 lewat dini hari. Foto pun sudah dipilih. Tak ada satupun foto Prameshwari. Besok rapat redaksi tabloid kampus.