Organisasi- organisasi kaum wanita terus melakukan gerakan perbaikan di bidang pendidikan serta sosial dengan mendirikan sekolah serta kursus wanita di daerah- daerah. Tanggal 21 November 1945 dibentuk Barisan Pemberontak Putri Mataram yang dibagi dalam pengobatan dan bagian makanan.Â
Di Surakarta Laskar Putri dilatih menjalankan latihan keprajuritan dengan menggunakan senjata api, menjalankan mobil, dan P3K. Laskar Putri Indonesia dan Laskar Wanita Indonesia pada tahun 1948 ikut serta dalam membantu melawan serangan Belanda yang ke II di Yogyakarta. Laskar Putri Indonesia memanggul senjata dan merakitnya sendiri disebutkan dalam buku Laskar Putri Indonesia karya Djumarwan.
Sejak tahun 1945 hingga 1949 dalam kegiatan BOM (Badan Oerusan Makanan) yang membentuk dapur umum di bawah pimpinan Ibu Ruswo dan Ibu Joyodiguno.Â
Dapur umum ini mengurusi perbekalan makanan bagi gerilyawan, mengurus korban perang, mencari dana, dan obatan- obatan dikutip dari buku Sumbangan Wanita Yogyakarta Pada Masa Revolusi oleh Suhatno. Dapur umum ini berpindah- pindah untuk menghindari tentara Belanda.
Kaum wanita juga memikirkan makanan tahan lama untuk para pejuang dengan menentukan gizi yang ada di makanan, dalam koran kedaulatan rakyat pada 29 Agustus 1949 bahwa kaum wanita ikut serta dalam perang gerilya sebagai penghubung, juru rawat, dan banyak ibu- ibu menyelenggarakan dapur umum untuk keperluan gerilya.
Nah, Masa revolusi mendorong lahirnya kelompok- kelompok pejuang wanita untuk ikut berjuang dalam perjuangan teman- teman. Revolusi juga dijadikan wadah untuk kaum wanita dalam membentuk organisasi, ikut serta dalam menjalankan program dapur umum, P3K, mendirikan koperasi, mendirikan sekolah, dan kursus wanita dan memberantas buta huruf. Itulah peran wanita di masa revolusi di Indonesia teman- teman sekalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H