Mohon tunggu...
Osy Siswi Utami
Osy Siswi Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa menuju akhir dari jurusan mengelola masa lampau

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Wanita di Masa Revolusi Indonesia Tahun 1945-1950

30 November 2021   16:46 Diperbarui: 30 November 2021   16:57 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Data Informasi Arsip Foto Jawa Tengah  Koleksi KIT No. 0319/070, ANRI-Jakarta)

Halo teman- teman, tahukah kalian periode revolusi di Indonesia? Periode revolusi di Indonesia merupakan periode yang penting untuk diketahui oleh teman- teman. 

Perjuangan pada periode revolusi ini merupakan upaya yang dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya dari bangsa Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia setelah menyerahnya Jepang dari pihak sekutu. 

Seluruh elemen masyarakat bersiap untuk saling membantu dalam mempertahankan kemerdekaan, salah satunya adalah kaum wanita. Perjuangan fisik serta perjuangan diplomasi ditempuh oleh Pemerintah Indonesia untuk tetap mempertahankan kemerdekaannya. Nah, tahukah teman- teman peran wanita Indonesia untuk membantu mempertahankan kemerdekaan? simak ulasan cerita di bawah ini.

Organisasi Wanita Pada Masa Revolusi

Organisasi wanita pada masa revolusi juga ikut berkontribusi dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Dalam kesibukannya menjadi istri dan ibu, wanita juga berpartisipasi aktif dalam bidang sosial politik untuk membangkitkan semangat kemerdekaan. 

Dalam buku Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan dan Pencapaian karya De Stuers bahwa kaum perempuan Indonesia yang berasal dari kelas atas dan menengah dapat bergaul dengan kaum perempuan kelas bawah sekaligus untuk menciptakan ikatan yang sangat kuat diantara mereka.

Dikutip dalam tulisan Presiden Soekarno yang bersumber pada buku Sarinah : Kewadjiban Wanita dalam Perdjoangan Republik Indonesia

"Hai wanita- wanita Indonesia, jadilah revolusioner!, tiada kemenangan revolusioner, jika tiada wanita revolusioner, dan tiada wanita revolusioner, jika tiada pedoman revolusioner!”.

Kedudukan wanita pada masa sebelum proklamasi masih terbatas, semakin progresif pasca proklamasi kemerdekaan. Laskar wanita ikut berperan aktif mulai dari kegiatan sosial, pendidikan, bahkan kemiliteran. Organisasi wanita antara lain di Jakarta terdapat WANI ( Wanita Negara Indonesia) tahun 1945. 

Adapun organisasi buruh wanita, seperti Barisan Wanita. Terbentuk pula kelaskaran putri seperti Laskar Putri di Surakarta dan Barisan Wanita Surabaya. Di Bandung terdapat LASWI yaitu Laskar Wanita Indonesia (1945).

Berdiri juga organisasi wanita atas dasar keagamaan seperti Muslimat, Aisyah, Pemuda Puteri Indonesia, Wanita Katolik, dan Wanita Taman Siswa. Suasana revolusi fisik dengan tujuan mempertahankan kemerdekaan menyebabkan wanita Indonesia untuk ikut aktif berpartisipasi, satuan dan gerakan wanita menyebar ke seluruh Jawa, serta Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan.

Persatuan Wanita Republik Indonesia

Banyaknya organisasi-organisasi wanita pasca kemerdekaan, kemudian dibentuklah suatu wadah yang bersifat nasional untuk mempersatukan tenaga dan kekuatan para wanita Indonesia. Wadah tersebut adalah PERWANI ( Persatuan Wanita Negara Indonesia). Di Jakarta pun dibentuk WANI ( Wanita Negara Indonesia). 

Adanya kedua wadah tersebut masih belum mampu menampung segala aspirasi kaum wanita, diperlukan wadah yang lebih besar dan luas dalam menyatukan kesatuan wanita di dalam menghadapi perang kemerdekaan.

Kemudian teman- teman, Perwani Yogyakarta mengusulkan agar diselenggarakannya kongres wanita, dengan tujuan mempersatukan ideologi dan membentuk badan persatuan yang mewadahi dan menampung semua kekuatan dan aspirasi wanita dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah dicapai. 

Kongres ini dilaksanakan di Klaten tanggal 17- 18 Desember 1945 dengan hasil bahwa gerakan wanita berfusi menjadi Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI).

Perwari berpusat di Yogyakarta dengan diketuai oleh Ny. Mangoensarkoro dan sebagai wakilnya Ny. D.M. Hadi Prabowo. Putusan dalam kongres adalah menentukan satu urgensi program yaitu menyiapkan diri untuk pembelaan negara.

Berkaitan dengan ekonomi yaitu pembentukan koperasi- koperasi untuk keperluan dapur umum, program lainnya adalah mengadakan penitipan anak- anak, membantu pengungsian serta menjalankan kebersihan umum untuk mencegah penyakit- penyakit menular.

Dikutip dari laman perwari.or.id dalam era Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, Perwari aktif baik di garis depan sebagai penghubung dengan pejuang-pejuang di pedalaman, maupun di garis belakang dengan mendirikan dapur-dapur umum untuk menyediakan konsumsi bagi para pejuang serta turut dalam PMI (Palang Merah Indonesia) memberikan pelayanan bagi pejuang-pejuang yang terluka dalam peperangan.

Peran Wanita dalam Revolusi Fisik di Yogyakarta

Organisasi- organisasi perempuan ikut berjuang baik dari garis belakang dengan mengadakan dapur umum dan pos- pos Palang Merah maupun ikut di garis depan dengan mengangkat senjata. 

Organisasi- organisasi kaum wanita terus melakukan gerakan perbaikan di bidang pendidikan serta sosial dengan mendirikan sekolah serta kursus wanita di daerah- daerah. Tanggal 21 November 1945 dibentuk Barisan Pemberontak Putri Mataram yang dibagi dalam pengobatan dan bagian makanan. 

Di Surakarta Laskar Putri dilatih menjalankan latihan keprajuritan dengan menggunakan senjata api, menjalankan mobil, dan P3K. Laskar Putri Indonesia dan Laskar Wanita Indonesia pada tahun 1948 ikut serta dalam membantu melawan serangan Belanda yang ke II di Yogyakarta. Laskar Putri Indonesia memanggul senjata dan merakitnya sendiri disebutkan dalam buku Laskar Putri Indonesia karya Djumarwan.

Sejak tahun 1945 hingga 1949 dalam kegiatan BOM (Badan Oerusan Makanan) yang membentuk dapur umum di bawah pimpinan Ibu Ruswo dan Ibu Joyodiguno. 

Dapur umum ini mengurusi perbekalan makanan bagi gerilyawan, mengurus korban perang, mencari dana, dan obatan- obatan dikutip dari buku Sumbangan Wanita Yogyakarta Pada Masa Revolusi oleh Suhatno. Dapur umum ini berpindah- pindah untuk menghindari tentara Belanda.

Kaum wanita juga memikirkan makanan tahan lama untuk para pejuang dengan menentukan gizi yang ada di makanan, dalam koran kedaulatan rakyat pada 29 Agustus 1949 bahwa kaum wanita ikut serta dalam perang gerilya sebagai penghubung, juru rawat, dan banyak ibu- ibu menyelenggarakan dapur umum untuk keperluan gerilya.

Nah, Masa revolusi mendorong lahirnya kelompok- kelompok pejuang wanita untuk ikut berjuang dalam perjuangan teman- teman. Revolusi juga dijadikan wadah untuk kaum wanita dalam membentuk organisasi, ikut serta dalam menjalankan program dapur umum, P3K, mendirikan koperasi, mendirikan sekolah, dan kursus wanita dan memberantas buta huruf. Itulah peran wanita di masa revolusi di Indonesia teman- teman sekalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun