Mohon tunggu...
Oswaldus Dagur
Oswaldus Dagur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STFT Widya Sasana

Main Bola Kaki

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berdoa: Kebutuhan atau Rutinitas (?) Sebuah Refleksi Kristiani

5 November 2022   19:04 Diperbarui: 5 November 2022   22:40 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya kehadiran TV. Sebelum kehadirannya, banyak kaum berjubah yang tekun berdoa bahkan berada di Kapel selama berjam-jampun tidak menjadi masalah asalkan selalu dekat dengan Allah dan berbicara dengan-Nya. 

Dengan kata lain bahwa hidup doa masih dirawat dengan baik. Namun ketika TV mulai muncul, banyak religius beralih kebiasaan dan semangat doa pun mulai tergerus. Jika dulu para religius tekun berada di Kapel, sekarang kebiasaan itu bergeser menjadi tekun berada di depan TV. 

Kebiasaan untuk berbicara mengenai hal-hal yang rohani mulai hilang bahkan pada waktu-waktu tertentu hilang sama sekali, lalu diganti dengan pemibicaraan mengenai film yang telah ditonton, misalnya Drakor.

Kalau dilihat secara sepintas, prilaku seperti itu sangat menyenangkan, namun itu hanya kesenangan sesaat dan celaka untuk selamanya karena telah mengabaikan doa yang menjadi kebutuhan sekaligus kewajiban seorang religus. 

Kaum berjubah juga tidak jarang lupa akan identitasnya sebagi tokoh pendoa. Untuk membendung pengaruh-pengaruh negative itu, maka tidak cukup hanya usaha dari relgius itu sendiri namun juga perlu dukungan dan doa-doa dari orang lain. 

Sederhananya: karena religius masih menjadi manusia. Manusia yang memiliki sisi gelap dan terang. Melihat realitas seperti itu maka kaum berjubah akan selalu dan terus membutuhkan dukungan dan doa-doa dari orang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasul Paulus:"berdoalah untuk kami supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan..."(2Tes. 3:1).

5. Menyimak Buah Doa

Berdoa bukan hanya sekedar rutinitas yang dilakukan tanpa faedah yang berarti, namun berdoa itu justru menjadi sarana atau instrument yang digunakan untuk menghadapai berbagai pencobaan dan tantangan dalam hidup seorang beriman. Bukan persoalan baru lagi bahwa banyak kaum berjubah yang menanggalkan jubahnya dan meninggalkan kehidupannya sebagai religius, bahkan ada yang pindah agama. 

Tidak sedikit kaum berjubah yang merasa gerah dengan kehidupan dan kewajibannya sebagai seorang religius. Pada awalnya kegerahan itu belum nampak karena bisa ditutupi oleh semangat yang membara dan hasrat yang tinggi untuk menjadi seorang biarawan/biarawati.

Seiring berjalannya waktu, kegerahan itu mulai muncul secara perlahan-lahan, seperti biji yang jatuh ketanah yang subur, lalu mulai berkecambah lalu tumbuh menjadi pohon yang besar karena dipupuk dengan kemalasan dalam berdoa. 

Demikian juga kegerahan itu sedikit demi sedikit muncul dan pada akhirnya tidak dapat dibendung lagi. Kegerahan itu muncul bukan tanpa sebab, melainkan karena ada dasarnya. Pepatah mengatakan: Di mana ada madu, di situ ada lebah. Dengan berdoa, maka kaum berjubah lebih teguh dan kuat dalam menghadapi cobaan-cobaan tersebut serta tidak mudah tergiur dengan kenikmatan yang ditawarkan oleh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun