Oleh: Ostianus Ola Lamanepa, Mahasiswa Filsafat-Teologi Widya Sasana Malang
I. Pengantar     Â
Hidup manusia tidak luput dari sebuah pergumulan. Pergumulan seringkali membuat manusia merasa merana, lemah, dan tak berdaya. Konflik Perang Israel dan Palestina merupakan sebuah contoh bagaimana manusia selalu dilanda dengan pergumulan hidup. Konflik kedua negara itu telah berlangsung sekian lama sejak pendudukan tanah Kanaan oleh bangsa Israel.Â
Peristiwa Eksodus atau keluaran bangsa Israel dari perbudakan Mesir menuju tanah yang dijanjikan Allah (tanah Kanaan yang ada di Palestina) menjadi polemik lantaran orang-orang Palestina sudah lebih dahulu tinggal di dearah tersebut.Â
Dokumen yang dianggap penting dalam peristiwa eksodus ini adalah Alkitab. Alkitab memberi rujukan kepada kita melihat sejarah pemukiman dan pendudukan tanah Kanaan oleh suku-suku Israel.Â
Dokumen lain yang berbicara tentang hal ini adalah dokumen Mesir yang menulis tentang situasi Palestina antara abad ke 15 sampai 12 SM (Berthold Pareira, O.Carm, Yogyakarta: Kanisius, 2010, hlm, 107). Menurut sumber Alkitab, Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah, umat kesayangan-Nya.Â
Allah menjanjikan dan memberikan tanah kanaan untuk mereka diami. Namun perlu disadari bahwa Alkitab bukanlah buku pelajaran mengenai sejarah, ilmu bumi, pun astronomi, meski unsur-unsur tesebut  ada tertemukan di dalamnya.Â
Bila Alkitab tidak memuaskan keingintahuan akan peristiwa atau kejadian historis, tidak masalah sebab Alkitab bukan buku ilmu sejarah. Maksud utama penulisan Alkitab adalah untuk menyampaikan peryataan diri Allah kepada manusia sebagai Sang Pencipta dan untuk menunjukkan hunungan manusia dengan Allah Penciptanya (Surip Stanislaus, OFMCap, Â Yogyakarta: Kanisius, 2008, hlm, 23).Â
Pengenalan sejarah Israel akan lebih baik kalau kita mengenal sejarah timur tengah purba. Israel adalah bangsa yang hampir tidak berarti di zaman itu. Sejarahnya dapat dikatakan hampir tidak terpisah dari sejarah bangsa-bangsa lain dan Allah menyatakan diri-Nya dalam konteks itu (Berthold Anton Pareira, O, Carm, Yogyakarta: Kanisius, 2009, hlm, 39..Â
Hal ini menimbulkan konflik yang berkepanjangan pada dua negara tersebut bahkan sampai hari ini. Melihat fenomena tersebut, Bahkan terkadang orang mempertanyakan mengapa Tuhan diam saja. Ketika pergumulan itu semakin berat, tidak sedikit juga orang percaya yang "lari" dan mencari jawaban di luar Tuhan.Â
 Mazmur 6 kiranya dapat membantu kita untuk menghadapi pergumulan dengan doa agar kita memaknai secara baru makna dari pergumulan itu secara lebih mendalam. Dalam mazmur 6 ini, terlihat bagaimana Daud menghadapi masa-masa sulit dan pergumulannya dalam doa.Â
Dalam Mazmur ini, Daud mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan, meminta belas kasihan-Nya, dan bertanya kepada Tuhan berapa lama lagi dia harus merana dan menderita (3-4). Sepanjang hidupnya Daud berkali-kali menghadapi bahaya, ancaman, dan pergumulan.Â
Ketika dia menggembalakan ternak pun, ancaman binatang buas selalu mengintai, belum lagi pergumulannya di kejar-kejar oleh Raja Saul yang ingin membunuhnya, dan pergumulan lainnya.Â
Setiap malam dia meratap dan menggenangi tempat tidurnya dengan air mata, agar Tuhan meluputkan dan menyelamatkannya dari bahaya maut yang mengancamnya(5-8).
Dalam tulisan ini, saya ingin menjelaskan pergumulan manusia dari tinjauan mazmur 6 atas konflik Israel-Palestina dan melihat relevansinya untuk saat ini. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah analitis kritis, dan studi kepustakaan.
 Latar belakang Mazmur 6:1-11
Judul Mazmur 6 ini adalah Doa dalam pergumulan. Mazmur 6 ini tergolong mazmur perseorangan karena mazmur ini didoakan, di daraskan atau dinyanyikan oleh Raja Daud. Di dalam mazmur perseorangan ini biasanya seseorang menaikkan doa dan minta tolong karena ia setengah mati, lemah badannya dan terancam nyawanya (bdk Mzm 3-5) (Marie-Claire Barth Frommel, B. A. Pareira, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, hlm, 169).Â
Ia pun diberi kepastian bahwa Tuhan mengabulkan permintaannya (bdk Mzm. 3:8-9; 4:8-9; 5:12-13). Bentuk mazmur ini tidak memungkinkan pembagian dalam bait, tetapi susunannya hanya dapat disimpulkan sesuai dengan isinya. Teks Mazmur 6:1-11 asalah sebagai berikut;
 1. Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Menurut lagu: Yang kedelapan. Mazmur Daud.
 2. Ya TUHAN, janganlah menghukum aku dalam murka-Mu, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarah-Mu.
 3  Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang-tulangku gemetar,
 4  dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi?
 5 Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwaku, selamatkanlah aku oleh karena kasih setia-Mu.
 6  Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati?
 7 Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku.
 8  Mataku mengidap karena sakit hati, rabun karena semua lawanku.
 9  Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab TUHAN telah mendengar tangisku;
 10 TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku.
 11 Semua musuhku mendapat malu dan sangat terkejut; mereka mundur dan mendapat malu dalam sekejap mata.
 Pembagian teks Mazmur 6:1-11   Â
 Ayat 1   : Judul
 Ayat 2   : Seruan minta tolong
 Ayat 5-6  : Apa sebabnya Tuhan harus menolong
Ayat 7-8 Â : Keadaan Pendoa
 Ayat 9-11: Pertolongan yang diberikan Tuhan
 Tafsiran
 Ayat 1. Mazmur Daud. Hanya disini dikatakan "dengan kedelapan atau dengan kecapi yang bertali delapan, entah terdapat alat musik yang demikian, entah dimaksudkan permainan bersama sejumlah alat tertentu.
 Ayat 2-4, Seruan minta tolong. Pemazmur berdiri dibawah murka Tuhan dan merasakan kepanasan amarah-Nya. Kedua istilah ini pada awalnya menunjukkan dua hal yang sama yang pertama yakni hidung dan murka yang naik sampai kehidung. Kedua dalam bahasa Ibrani disebut khemah yang berarti darah panas yang naik ke jantung dan menimbulkan kemarahan.Â
Jika istilah-istilah tersebut dikenakan pada Allah, maka segi-segi tadi sudah menghilang dan mereka hanya saling menguatkan (penggunaan tersebut terdapat 15 kali).Â
Murka Tuhan timbul dimana umat-Nya atau anggota umat itu menyangkal bahwa Tuhan sajalah yang membebaskan mereka dan meminta berkat kepada kuasa-kuasa lain (bdk Kel. 32:11; Ul 29:27; Yos 23:16, dam lain sebagainya).Â
Amarah Tuhan itu nyata di dalam hukuman yang dijatuhkan-Nya  dan yang membinasakan (Yes. 4:4; 10:4). Itulah sebabnya kekuatan hidup pemazmur menghilang. Ia merana seperti tumbuhan yang menjadi layu; tubuhnya sampai kebagian yang terdalam, yakni tulang-tulangnya, serta jiwanya, yakni dirinya yang sadar bersama-sama takut dan gemetar, dan terkejut.Â
Pendoa sudah setengah mati dan sebentar lagi binasa kalau Allah hakimnya menjatuhkan hukuman bahwa manusia patut ditolak, dikucilkan, dibuang, dan ditinggalkan. Itulah sebabnya penderitaan begitu pahit rasanya; di dalam tanda-tanda kefanaanya pemazmur mengalami murka Tuhan yang membalaskan kesalahan yang tak dapat ditiadakan lagi. Penyakit menunjuk kepada dosa yang telah dilakukan oleh penderita. Oleh karena itu Tuhan sajalah yang dapat menyembuhkan.
Ayat 5-6, Tuhan harus menolong. Tuhan harus bertindak dan mengambil keputusan yang tak dapat ditunda lagi atau Ia berbalik kembali (Ibrani; Syub artinya berputar 180 derajat) dan meluputkan nyawa pemazmur dari kuasa maut dan membawanya lari agar diselamatkan-Nya du dalam kasih setia atau Tuhan tetap menjauh dan pemazmur meninggal dunia.Â
Di dalam maut, di dunia orang mati itu, orang terptus dari kuasa Tuhan. Allah tidak lagi bertindak menolong dan menyelamatkan mereka. Dalam maut akar kata Ibraninya sama dengan kata Arab/Indonesia - dan didunia orang mati -- Ibrani: syeol-orang tidak mengalami sesuatu yang baru lagi dan merela hidup dalam kekosongan.Â
Maut itu dipandang pada zaman kuno sebagai suatu kuasa kehampaan yang mengancam orang yang berkembang dan bertindak di dalam persekutuan dengan Allah. Memang benar bahwa didalam murka-Nya Tuhan dapat mematikan orang (Am 3:6), tetapi pada hakikatnya Tuhan tidak berkenan kepada kematian orang yang berdosa, melainkan ingin agar orang itu bertobat dan hidup.Â
Karena kasih setia-Nya, sejarah umat-Nya itu tidak akan berakhir dan ia terus-menerus memperbaharuinya. Perjanjian lama tidak mengetahui tentang suatu hidup kekal untuk orang perseorangan dan iman akan kebangkitan dari antara orang mati diungkapkan secara tersamar hanya di suatu dua tempat.
Ayat 7-8, Pendoa sudah hampir mati. Karena penderitaan-penderitaanya sehingga pemazmur seolah-olah sedang terbawa ke dunia alam maut. Kekuatannya hilang dan ia lesu, matanya mengidap seperti mata orang yang lanjut usianya.Â
Namun pemazmur juga sakit hati karena perasaannya dilukai oleh orang-orang yang meskipun mereka melakukan kejahatan (ayat 9) menuduh bahwa pemazmur sakit karena salahnya sendiri, dan bahwa salahnya itu pastilah berat sehingga patut dibalas oleh Tuhan dengan hukuman mati. Sama seperti Ayub, pemazmur menentang sifat yang munafik itu dan bersandar pada kasih setia Allah, untuk menantikan pertolongannya.
Ayat 9-11, Pertolongan Tuhan. Tuhan telah mendengar dan menerima permohonan pemazmur sehingga jawaban yang diharapkannya terdengar. Â Disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka (bdk mzm 107:20). Pemazmur yakin bahwa Tuhan kembali menyertai dia dan dengan hal ini dikalahkanlah lawan-lawan yang tadi dengan senang hati melihat penderitaannya. Mereka kini dalam sekejap mata menjadi malu, terkejut, dan mundur.
Pemazmur merasa terbebani akibat dosa (Dianne Bergant CSA, dan Robert J. Karris OFM, Yogyakarta: Kanisius, 2002, hlm, 432), yakni penderitaan badaniah dan mental. Dosa membawa akibat-akibat misalnya tekanan batin dan tantangan musuh.
 Refleksi Teologis
 Mazmur ini mempunyai pesan teologis yang sangat dalam. Iman pemazmur ini patut mendapat pujian. Kasih setia Allah pasti menang atas kuasa maut. Pemazmur benar-benar percaya pada Tuhan dan berbalik kepada-Nya. Ada 3 poin penting yang dapat dipelajari dari Daud, yakni: Pertama, berseru dan datang kepada Tuhan. Seberat apa pun pergumulan kita, hanya dalam Tuhanlah kita mendapatkan kelegaan (bdk. 1Kor. 10:13). Artinya, Tuhan tidak menjanjikan bahwa hidup selalu mulus, aman, tanpa masalah dan pergumulan.Â
Namun, Dia berjanji tidak akan membiarkan umat-Nya dicobai melebihi kekuatannya. Dia akan memberi jalan keluar. Kedua, merendahkan diri, meminta belas kasihan, dan pengampunan Tuhan (2, 3, 5).
Pergumulan dan pencobaan dapat mengarahkan kita untuk mengevaluasi diri, membentuk diri menjadi lebih baik, dan menuntun kita lebih bergantung kepada-Nya. Walaupun kita manusia adalah makhluk yang berdosa dan bersalah namun kita percaya semuanya itu akan diubah menjadi baik oleh Tuhan.Â
Kita merasa diri kita amat bersalah bila kita sendiri mempersalahkan diri, tetapi kita yakin ketika Tuhan bersabda baik, semuanya akan menjadi baik meskipun pada kenyataannya diri kita penuh dengan kesalahan (Lewis, B. Smedes. Yogyakarta: Kanisius, 1995, hlm, 61).Â
Ketiga, percaya penuh kepada pertolongan Tuhan. Pada akhir doanya, Daud mendapat kelegaan dan keyakinan akan pertolongan Tuhan dan ini memberinya kekuatan (8-11). Masalah pasti akan terus ada selama kita masih hidup di dunia. Hadapilah masalah dan pergumulan bersama dengan Tuhan. Andalkan Dia, maka kita akan kuat, optimis, dan semangat. Kita akan dimampukan menang atas setiap pergumulan. Hal ini merupakan peryataan iman yang paling tinggi.Â
Benar bahwa iman kita sebagai pengikut Kristus haruslah bertumbuh dengan baik, kuat dan kokoh. Orang beriman dewasa mengikuti Kristus dengan mengambil keputusan secara pribadi, tidak ikut-ikutan dan dengan penuh tanggung jawab.Â
Kita dipanggil untuk sanggup dan berani mempertahankan iman kita secara pribadi meskipun harus menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Relasi dengan Kristus itulah yang menjadi sumber kegembiraan hidup kita.Â
Dalam Kristus hidup kita menghasilkan buah-buah Roh yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri (Gal 5:22). Kristus menjadi Sumber isnpirasi yang tidak habis-habisnya bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih terlibat dengan sesama, yang lebih berani membela kebenaran, yang mengusahakan perdamaian, dan menjadi manusia yang utuh.
Relevansi Mazmur 6:1-11 terhadap Konflik Israel-Palestina
Adapun 3 relevansi yang saya temukan pada Mazmur 6:1-11 untuk Israel dan Palestina. Â Pertama, Negara Israel dan Palestina perlu belajar dari Mazmur 6. Bahwa pergumulan, masalah dan kecemasan tidak boleh melunturkan semangat untuk hidup berdampingan satu sama lain dalam damai.Â
Kedua, Negara Israel dan Palestina perlu merendahkan diri, meminta belas kasih Tuhan agar Tuhan memberi pengampunan terhadap segala dosa peperangan, dan kekerasan yang dilakukan selama ini yang menimbulkan hilangnya nyawa orang-orang tak berdosa. Pernyataan pengakuan bersalah sangat penting dalam hidup.Â
Pengakuan merupakan pengungkapan tanggung jawab dan merupakan peryataan ikut menanggung akibat perbuatan salah yang telah dilakukan. Ketika kita mengakui bahwa kita bersalah kepada seseorang, pada saat itulah kita turut merasakan penderitaan yang dialaminya. Turut merasakan rasa sakit yang kita timbulkan pada orang lain bukanlah hal yang mudah karena rasa sakit tersebut pada dasarnya tidak kita sukai.Â
Ketiga, Negara Israel dan Palestina harus percaya penuh pada pertolongan Tuhan. Bahwa Allah pasti akan memberikan rahmat-Nya agar kedua negara tersebut hidup rukun dan damai. Kedua negara tersebut semestinya hidup dalam damai.
Daftar Kepustakaan
Berthold Pareira, O.Carm, Sejarah Awal Mula Israel, Yogyakarta: Kanisius, 2010.
_____________________ Alkitab dan ketahanannya, Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Barth Frommel Marie-Claire, B. A. Pareira Berthold Anton, Kitab Mazmur 1-72, Pembimbing dan Tafsirannya, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2015.
Bergant Dianne CSA, dan J. Karris Robert OFM, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius, 2002.
B. Smedes Lewis. 12 Karunia Tuhan, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Stanislaus Surip, OFMCap, Harmoni Kehidupan, Asal-Usul Alam Semesta, Menggembalakan Ciptaan, Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H