Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Sosialisasi dalam Hidup

17 April 2021   23:48 Diperbarui: 3 Mei 2021   10:36 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Osti Lamanepa, Mahasiswa Filsafat-Teologi Widya Sasana Malang

PENGANTAR

Sosialisasi merupakan suatu hal yang melekat erat dalam kehidupan saya sebagai mahkluk sosial. Keberadaan saya bersama orang lain telah membuat banyak pengaruh dalam kehidupan saya. Pengaruh-pengaruh tersebut pun beraneka ragam jenisnya dan tentu saja membawa dampak yang beragam pula.

Di samping itu, ketika berada bersama teman-teman semasa kecil, tanpa disadari saya belajar untuk dapat berada bersama orang lain dengan berbagai macam karakter yang dimiliki. Dalam tingkatan yang lebih luas lagi, saya juga terlibat dalam suatu lingkungan yang disebut sekolah. Sekolah juga telah memainkan peranan yang besar dan tidak kalah pentingnya dalam perkembangan saya sebagai seorang pribadi. Perjumpaan dengan banyak teman dan juga terutama pemahaman dan pengetahuan yang semakin diperluas, membuat saya pun harus semakin "keluar" dari diri sendiri.

Tahapan yang juga sangat banyak mempengaruhi perkembangan diri saya ialah ketika memasuki tahap yang dikenal sebagai tahap lanjutan. Tahap di mana saya memasuki suatu kelompok yang dikenal sebagai kelompok religius, secara khusus lagi religius Montfortan. Dalam tahap ini, kesadaran telah muncul begitu kuat sebelum membuat suatu keputusan hingga dapat mengambil suatu tindakan untuk dapat bergabung dalam kelompok atau tarekat ini.

Di samping itu, perjumpaan dengan orang lain di luar kelompok di atas juga telah memberikan banyak pengaruh bagi kehidupan saya. Hal ini terutama berkaitan dengan semakin luasnya relasi yang dapat saya bangun serta semakin berkembangnya pemahaman saya tentang berbagai macam kepribadian manusia melalui pengalaman berelasi saya bersama orang lain. Orang-orang ini pun sangat tidak terbatas, baik yang hanya dijumpai sekali maupun orang-orang yang hanya sepintas lalu menyapa. Semuanya juga telah turut terlibat dalam  mempengaruhi perkembangan diri saya.

Berbagai tahapan di atas merupakan tahapan-tahapan yang penting dan telah banyak mempengaruhi perkembangan dan perjalanan hidup saya sebagai makhluk sosial. Dalam tulisan ini, saya mencoba untuk melihat masing-masing tahapan tersebut secara lebih kritis. Hal ini terutama untuk dapat lebih memahami proses sosialisasi yang telah saya lewati serta dampak-dampaknya bagi kehidupan saya saat ini.  

Hal ini terutama untuk dapat melihat dan memahami sejauh mana saya telah sungguh-sungguh memahami teori-teori sosial dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari yang saya jalani selama ini. Sekiranya, dengan mempelajari berbagai teori sosial yang telah dikemukakan para ahli saya dapat semakin menyadari sosialisasi yang telah, sedang, dan masih akan terus saya jalani selanjutnya.

III. Pembahasan 

 

SOSIALISASI AWAL

 

Keluarga 

Keluarga sebagai Proses Sosialisasi Awal dan Pertama. Dalam keluarga saya telah diantar untuk dapat mengenal hal-hal mendasar sebagai seorang manusia. sekurang-kurangnya, saya telah belajar untuk dapat  berpakaian, belajar makan, belajar berbicara, belajar menghargai sesama manusia, belajar memahami lingkungan dan alam sekitar, serta belajar untuk memahami banyak hal lainnya di dunia ini. Keluarga dapat dikatakan sebagai persiapan bagi saya untuk dapat masuk dalam kehidupan manusia. Kehidupan yang mencakup relasi antara sesama manusia, lingkungan, maupun alam ciptaan. Dalam keluarga, saya juga dapat belajar tentang bagaimana cara untuk dapat bertahan dalam hidup ini dengan berusaha semaksimal mungkin. Saya diajarkan oleh orang tua tentang nilai-nilai baik dalam hidup misalnya menghormati orang lain, bertutur kata yang baik, dan berbuat baik dengan semua orang. 

Di samping itu, hal yang paling kuat mempengaruhi saya hingga saat ini ialah tentang hidup sederhana. Kesederhanaan hidup telah banyak ditanamkan dan saya pelajari dalam keluarga. Apalagi, keluarga saya sangat mengedepankan dan menekankan hal ini. Dengan demikian, saya pun turut dipengaruhi juga dengan lingkungan keluarga demikian. 

Di samping itu, keluarga juga telah menghantar saya untuk menyadari emosi yang ada dalam diri saya. Ketika berada jauh atau ditinggal pergi oleh orang tua misalnya, saya merasakan perasaan sedih yang besar dan mendalam. Sebaliknya, berada dekat bersama kedua orang tua membuat saya mendapatkan kenyamanan dan kehangatan. Saya merasakan suatu kelekatan emosional yang tinggi. Hal ini tentu saja telah menjadi suatu titik awal bagi saya untuk terus melangkah sebagai manusia dengan setumpuk emosi yang dimiliki. 

Penanaman nilai-nilai religius juga telah berlangsung dalam keluarga saya. Kedua orang tua saya secara khusus memperhatikan hal ini bagi kami anak-anak. Kedua orang tua saya selalu mengajak saya bersama saudara-saudara saya untuk selalu mengikuti perayaan ekaristi dan juga doa-doa di lingkungan. Meskipun, dalam mengikuti ajakan tersebut saya kurang memberikan perhatian, namun segala pengalaman tersebut membuat saya semakin memperdalam penghayatan iman saya dan terutama membuat saya lebih mudah untuk dapat masuk di seminari. 

Keluarga telah memberikan banyak hal positif dalam perkembangan saya sebagai manusia. Salah satunya ialah berkaitan dengan kehidupan religius. Keluarga saya telah menanamkan dengan sangat kuat dalam diri saya tentang betapa sangat pentingnya beriman kepada Tuhan. Lebih jauh lagi, keluarga saya juga menanamkan tentang betapa tingginya dan luhurnya panggilan hidup kaum religius dalam Gereja Katolik. Hal ini pun dikemudian hari menjadi titik awal yang mendorong saya untuk dapat masuk di seminari menengah.

Teman Sebaya sebagai Suatu bentuk Relasi Sosial .

Seiring dengan bertambahnya usia, saya pun mulai memasuki suatu dunia yang baru yakni dunia teman sebaya. Dalam masa-masa ini, saya mengalami begitu banyak perubahan dalam diri saya terutama berkaitan dengan relasi. Relasi saya tidak lagi begitu "dekat" dengan keluarga. Hal ini terutama karena saya lebih banyak berada di luar rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman.Perkembangan saya dalam tahap ini tentu saja berbeda ketika saya masih berada di tengah-tengah keluarga. 

Dalam tahap ini saya lebih banyak menjalin relasi dengan orang-orang yang berada di luar lingkungan keluarga. Perubahan relasi ini dapat dikatakan sebagai tahap awal perkenalan saya dengan masyarakat (lingkungan yang lebih luas). Saya tidak lagi hanya mengenal pribadi-pribadi dalam keluarga saya, melainkan juga mengenal pribadi-pribadi yang berada di luar lingkungan keluarga saya. Hal ini tentu saja semakin memperkaya pemahaman dan pengalaman saya. Pergaulan saya yang semakin luas ini menuntut saya untuk belajar menjadi seorang yang mandiri. 

Dalam pergaulan bersama teman-teman saya tidak lagi bergantung dengan keluarga, melainkan lebih berusaha untuk membuat suatu keputusan sendiri dalam menghadapi hal-hal tertentu. Keadaan jauh dari keluarga (dalam pergaulan) membuat saya harus berani untuk mengambil suatu tindakan sendiri tanpa mengharapkan adanya konfirmasi dari pihak lain terutama keluarga. Tuntutan untuk hidup mandiri ini pun terus berdampak dalam kehidupan saya hingga saat ini. Saya sangat merasakan bahwa dorongan untuk bekerja atau bertindak seorang diri dalam diri saya begitu kua

Sekolah sebagai Proses Sosialisasi

Sekolah merupakan tempat di mana saya memulai pengenalan terhadap dunia yang lebih jauh. Berbagai sekat pengetahuan mulai dibongkar dan diruntuhkan. Saya tidak hanya mengenal pengetahuan yang saya miliki, melainkan semakin diperluas dengan berbagai ilmu yang ditanamkan dan dipelajari. Berbagai pengetahuan ini tentu saja sangat bermanfaat bagi saya dalam melangsungkan kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Hal ini terlihat jelas misalnya dalam berkomunikasi dengan orang-orang asing (yang menggunakan Bahasa Inggris). 

Sebelum saya mendapatkan pengetahuan dalam sekolah (sejak SD-Perguruan Tinggi) saya tidak memahami Banyak hal dalam Bahasa Inggris. Apalagi untuk melakukan komunikasi dengan orang asing, hampir tidak pernah saya lakukan. Akan tetapi, setelah saya diberikan banyak bekal selama berada di sekolah, saya pun mulai berani dan bisa berdialog dengan orang-orang asing, walaupun kurang begitu fasih. Perkembangan ini merupakan suatu hal yang tidak mudah saya alami. Berbagai tantangan saya hadapi, baik yang muncul dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Kemalasan yang muncul untuk belajar menjadi salah satu penghalang bagi saya. 

Di samping itu, saya juga harus berhadapan dengan berbagai macam pendidik yang berbeda-beda dalam cara mendidiknya. Lebih buruk dari hal itu, saya juga kerap ditertawakan ketika melakukan kesalahan. Meskipun demikian, dengan adanya perbedaan tersebut serta pribadi-pribadi yang sering menertawakan kesalahan, saya juga terus diperkaya dalam pemahaman tentang materi dan juga pemahaman saya tentang pribadi-pribadi manusia yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam sekolah juga, saya semakin memahami tentang dunia teknologi. Pada awalnya saya mengenal mesin ketik ketika berada di bangku sekolah dasar. Dalam tahap selanjutnya, saya mengenal komputer ketika duduk di bangku SMP yang kemudian menyusul perkenalan saya dengan internet. Suatu perubahan yang cukup cepat dalam pengamatan dan pengalaman saya. Meskipun demikian, sekolah telah membantu saya untuk dapat memahami perkembangan yang begitu cepat ini. Hal ini terutama saya dibantu untuk dapat mengoperasikan komputer untuk pertama kalinya serta bagaimana menggunakan internet. Di samping itu, saya juga dipersiapkan sebagai orang yang mampu mengahadapi berbagai perubahan yang akan terus bermunculan

Media masa.

Media masa merupakan salah satu hal yang belum begitu akrab dalam kehidupan saya di masa kecil. Saya hanya mengenalnya sepintas lalu tanpa melakukan suatu pencarian atau pembacaan terhadapnya (media masa). Perkenalan saya dengan media masa secara lebih mendalam baru terjadi ketika saya memasuki pendidikan di seminari aspiran, postulant, novisiat). Keberadaan saya di seminari menutut satu hal ini, yakni saya harus menjadi seseorang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas berkaitan dengan dunia. Oleh karena itu, salah satu sarana yang disiapkan dalam pendidikan di seminari ialah hadirnya media masa, baik itu koran, majalah, buletin, dan sebagainya. Ketersediaan sarana ini tentu sangat banyak membantu dalam kelangsungan pendidikan saya di seminari. Saya tidak hanya dapat mengenal orang-orang atau kejadian di sekitar saya, tetapi saya juga menjadi berkembang dalam melihat dunia. Dunia ini semakin kompleks ketika saya terus mempelajarinya. Berbagai masalah atau persoalan sering ditampilkan sebagai headline dalam berita-berita koran. Berbagai inovasi juga turut mewarnai lembaran-lembaran media masa. Singkat kata, media masa sangat berpengaruh bagi pengenalan saya terhadap dunia.

Dalam sosisalisasi tahap awal ini, kesadaran saya untuk dapat sungguh-sungguh menyadari proses ini belum begitu mendalam. Keterlibatan saya dalam sosialisasi ini kurang didasarkan pada kesadaran untuk sungguh-sungguh terlibat. Semua proses berlangsung sebagaimana umumnya terjadi. Beberapa proses pun dapat dikatakan hanya dilewati begitu saja tanpa adanya pemaknaan. Meskipun demikian, masing-masing proses tersebut telah menyumbangkan berbagai pengaruh bagi kehidupan sebagai makhluk sosial. Berbagai pengalaman yang saya lewati mengajarkan banyak hal bermanfaat bagi perkembangan saya. Saya semakin dipersiapkan untuk dapat terus melalui setiap proses yang masih akan saya lewati.

SOSIALISASI LANJUT

 

Kehidupan Membiara sebagai Sebuah Sosialisasi Berlanjut

 

Sosialisasi ulang merupakan suatu tahap lanjutan dari proses sosialisai pada tahap awal. Setelah melewati beberapa tahap dalam sosialisasi awal, maka dalam tahap yang berikutnya ialah memasuki tahap sosialisasi lanjut. Sosialisasi lanjut ini berkaitan dengan kelompok tertentu sebagai agen sosialisasi. Kelompok-kelompok ini berkaitan dengan berbagai aspek tertentu dari kehidupan manusia. sebagai contoh yang termasuk sebagai sosialisasi lanjut ini ialah kelompok militer, aktivis, atau juga religius.

Berkaitan dengan hal-hal di atas, saya dapat digolongkan dalam kelompok religius. Hal ini tertutama ketika saya memutuskan untuk memilih jalan panggilan hidup membiara. Dalam kelompok ini, saya dihadapkan dengan situasi yang jauh berbeda dari sebelumnya. Sekat-sekat kedaerahan hampir segalanya diruntuhkan. Saya berhadapan dengan keberagaman yang luar biasa. Di samping berjumpa dengan suku-suku Flores yang lainnya, saya juga berbaur dengan para konfrater yang berasal dari luar pulau Flores. Keadaan ini tentu saja membuat saya harus kembali memahami tentang budaya orang lain.

Situasi yang berbeda ini juga membuat saya kembali meninjau berbagai nilai dan norma yang telah saya pelajari dan hayati berdasarkan sosialisasi di tahap awal. Pertanyaan yang muncul ialah: "Apakah segala nilai dan norma tersebut masih relevan digunakan berhadapan dengan keberagaman tersebut?"   

Dalam Sosialisasi lanjut ini, saya harus benar-benar dapat memahami orang lain. oleh karena itu, saya pun mencoba untuk membangun relasi tanpa sekat. Saya berusaha "meninggalkan" segala kebiasaan ataupun nilai-nilai yang telah saya pelajari. Hal ini tertutama bertujuan untuk dapat memahami orang lain dan dapat menerima orang lain. Sebab, pemahaman dan penerimaan terhadap orang lain merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan dalam kehidupan bersama atau bermasyarakat.

Usaha untuk memahami orang lain dalam biara bukan merupakan suatu perkara yang mudah. Hal ini terutama disebabkan oleh banyaknya nilai atau norma yang telah saya bangun dan hayati dalam hidup yang terpaksa harus dibenturkan dengan nilai dan norma yang juga telah dibangun orang lain. Perbenturan ini tentu saja bukan merupakan sesuatu yang mudah bagi saya. Oleh karena itu, pemahaman tentang orang lain menjadi hal yang penting supaya perbenturan tersebut dapat dihadapi dan dirangkul. Hal ini tentu saja bukan suatu hal yang instan. Usaha dan kerja keras dengan penuh kerendahan hati menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan supaya semuanya berjalan dengan lancar.

PENUTUP

Dalam berbagai proses yang telah saya lewati, saya menyadari bahwa semua proses sosialisasi sudah memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan saya saat ini. Pengaruh-pengaruh tersebut terjadi secara langsung sehingga dapat saya sadari adanya perubahan yang terjadi. Akan tetapi, ada pula pengaruh-pengaruh yang terjadi tidak secara langsung. Dalam pengertian ini, saya tidak menyadari adanya perubahan tertentu, tetapi orang lain melihat dan bahkan mengalami adanya perubahan dalam diri saya tersebut.

Pengaruh-pengaruh (perubahan-perubahan) tersebut tentu saja sangat membantu saya dalam kehidupan sebagai mahkluk sosial. Semuanya saya pelajari dari proses sosialisasi yang telah saya jalani. Perubahan-perubahan tersebut juga berguna bagi saya untuk terus melangsungkan proses sosialisai lainnya. Dengan demikian, saya merefleksikan bahwa proses sosisalisasi merupakan suatu hal yang berkelanjutan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Proses sosialisasi juga merupakan suatu proses yang mengandaikan adanya suatu usaha untuk menjalaninya. Hal ini terutama ketika berhadapan dengan proses sosialisasi lanjutan. Sebab, dalam proses sosialisasi kembali ini, terdapat banyak hal yang sudah ditanamkan dari proses sebelumnya terpaksa harus diubah dan disesuaikan dengan nilai-nilai yang baru. Oleh karena itu, berbagai penyesuaian sangat banyak diperlukan dalam hal ini.

Berdasarkan keseluruhan pengalaman yang saya alami pula, sosialisasi merupakan sesuatu yang juga turut membentuk bagian-bagian dalam kepribadian manusia. Hal ini terutama berkaitan dengan kehidupan sosial setiap pribadi. Saya sungguh menyadari bahwa pemahaman saya berkaitan dengan kehidupan sosial semakin berkembang ketika berhadapan dengan orang lain dalam kebersamaan. Pemahaman ini pun mengantar pula pada semakin berkembangnya kepribadian saya sebagai seorang pribadi.

Pada akhirnya, saya merefleksikan bahwa sosialisasi merupakan suatu hal yang sangat mutlak dibutuhkan dalam kehidupan manusia. sebab dalam dirinya manusia sudah memiliki "keterikatan" dengan yang lain di luar dirinya. Sehingga hal tersebut dapat diibaratkan sebagai suatu kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi oleh pribadi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun