Mohon tunggu...
MariaM
MariaM Mohon Tunggu... Lainnya - Peracik

Pejuang Di Bawah Nabastala. Aku menanti ditempat penantianku menunggu apa yang akan dijawabNya atas doaku. Aku tahu Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencanaNya yang gagagl. Jangan lemah semangatmu karena ada upah bagi usahamu. ♥💪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maria Magdalena

14 Juni 2023   18:08 Diperbarui: 14 Juni 2023   18:09 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  

    300M di bawah terang penguasa malam tanah suci, tampak wanita  beruban dengan wajah penuh kerutan meneteskan air mata kala story masa lalunya diputar kembali. Wanita yang dulu berparas jelita kini moleknya perlahan memudar termakan usia. Namun luka masa lalu masih terekam jelas dimemori tak bisa terhapus oleh waktu.

     "Aku telah membelimu dengan harga yang teramat mahal dan telah lunas kubayar !" Selarik kata terucap dari sosok lelaki yang tiba tiba berbaring disamping Maria Magdalena. Atas dasar apa ia mengeluarkan kata berbalut jutaan luka itu, sementara saat memejamkan mata suaminyalah yang menemani namun kala membuka mata laki laki asing yang dia temui. Iblis apa yang telah merasuki jiwa suaminya hingga tega melakukan hal paling brutal pada wanita yang baru saja mengucap sebait janji di Altar Tuhan.

   Awalnya diperlakukan layaknya ratu hingga meraih award wanita terbahagia. Sayangnya Itu hanya sesaat seperti pelangi yang sekilas menebarkan keindahan lalu menghilang ditelan kabut. Segalanya sekedar rayuan maut lelaki brutal yang menjadi suaminya. Sebuah kesalahan besar bagi Maria Magdalena karena terbuai tutur bahasa yang terucap didepan banyak saksi hingga menggetarkan ruang keyakinan dan kebahagian.

   ''Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku baik kemarin, hari ini, esok dan selamanya." Kalimat yang awalnya begitu mulia kini menjadi wabah besar bagi Maria Magdalena. Pikirnya mahar pernikahan adalah cinta dan kebahagian ternyata menghadirkan neraka. Kini dia terjebak dihidup lelaki kaya raya yang haus akan wanita. Banyak perempuan bertekuk lutut bagai mengaku dosa semata demi uang. 

    "Namaku Maria Magdalena, tuan bisa memanggilku MariaM."  Dengan hati bergores jutaan pisau kata itu terpaksa tereja, rintikan air mata tertahan seolah lampu merah terpajang di kelenjar matanya. Hati terus melantunkan kidung agar  sisi manusia lelaki itu tercurah padanya.

   " MariaM mulai hari ini kamu menjadi pelayanku tuk memuaskan dahaga nafku. Kau harus rela memberikan jiwa ragamu Karena engkau telah kutebus!" Tuan Hibel mengucap kata itu dengan penuh harap segera menikmati molek rupa MariaM yang mendebarkan ruang hanafnya. Ia akan menjadikan MariaM wanita  ke 77 di hidupnya. Lelaki macam apa hingga seganas itu. Apa pantas lelaki sepertinya dipanggil tuan ? yah pantas karena itu gelar untuk  lelaki hidung belang yang berbalut jutaan hawa nafsu.

    Maria Magdalena tak sudi memberikan tubuhnya pada lelaki hidung belang walau telah dijual oleh suaminya. "Lebih baik aku mati dibunuh oleh tangan tuan sendiri daripada aku menikmati sentuhan tubuh kotormu. Jika menurut tuan mendapatkan jiwa dan ragaku segampang memberikan uang kesuamiku maka tuan salah besar. Aku begitu berharga dan mulia !" Kalimat itu terangkai dengan nada tegas berselimut keberanian. 

   "Mulia ! apa kau amnesia, kau telah dijual oleh suamimu sendiri. Kau murahan Maria Magdalena. Saya ulangi kau telah dijual oleh suamimu! Jangan sok lupa Magdalena."

  Perdebatan itu menggema di kamar berlatar putih nan megah namun tak ada satupun yang dapat mendengar mereka. Mulai saat itu MariaM Magdalena bersipuh dilembah derita. Cambuk kerap melayang ke tubuhnya setiap kali menolak melayani tuan hibel namun dia seolah telah mati rasa akan luka cambuk itu. Cambuk hanya menimbulkan bilur ditubuhnya tapi perbuatan suaminya menghancurkan martabatnya sebagai perempuan.

   Kini hanya kuasa Tuhan yang mampu menyelamatkan dirinya dari keganasan tuan hibel. Dibalik tembok kamar berlatar putih dia terus memadahkan sebait doa pada sang Khalik berharap bisa bernego dengan tuan hibel. Suatu hari dia mendapat ide brilian tuk menaklukkan tuan hidung belang Itu. Ketika tuan hibel memasuki kamarnya, dengan penuh keberanian MariaM mencoba mengajukan nego dengan tuan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun