Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Airlangga, Pangeran Samber Nyawa dan Sunan Lawu

9 Februari 2022   21:26 Diperbarui: 15 Februari 2022   00:44 3027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto di kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Jumat (7/2/2020) (Dokumen DPP Partai Golkar via KOMPAS.com)

Jumat Sore, 7 Januari 2022, saya bersama dua orang dari kelompok kajian strategis Hang Lekir (HL) 717, Rikard Bagun dan Sucipto, datang ke rumah dinas Menteri Koordinator Ekonomi/Ketua Umum Partai Golongan Karya Airlangga di Jalan Widya Candra, Jakarta.

Berbagai hal kami bahas, soal ekonomi, sosial, politik dan juga pemilihan presiden 2024. Berbagai argumen dan analisa kami kemukakan. Di tengah perbincangan santai itu, secara bercanda saya sampaikan sebuah ramalan berwarna fatwa kepada Airlangga tahun 2009.

"Pak Airlangga akan jadi Ketua Umum Partai Golkar dan akan jadi calon presiden, dan ini terbukti, kan. Ingat, kan, prediksi itu," kata saya sore itu, disambut senyum sederhana Airlangga.

Hal menarik lain bagi saya, dalam siaturhami sore hujan itu, ucapan Airlangga menjawab pertanyaan saya, "Apakah Pak Airlangga ada darah biru dari kraton di Jawa Tengah atau Jawa Timur."

Airlangga dengan santai menjawab tentang silsilah keluarganya yang berkaitan dengan Ki Ageng Gribig, ulama terkemuka dari Klaten, Jawa Tengah yang hidup di awal abad ke-17. Konon Ki Ageng Gribig masih keturunan raja-raja Majapahit.

Kemudian Airlangga juga memberi sebuah sinopsis kepada saya tentang silsilah keluarganya yang menunjuk pada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VI.

Raja dari salah satu kraton di wilayah Surakarta/Solo ini dimakamkan di pemakaman keluarga, Astana Oetara. Di pemakaman inilah ayah dari Airlangga, Menteri Perindustrian masa pemerintahan Presiden RI ke2 Soeharto, Hartarto Sastrosoenarto, dimakamkan.

Hampir tiap tahun pada waktu-waktu tertentu Airlangga sejak masa remajanya berjiarah ke pemakaman Astana Oetara. Bulan Juni 2021 lalu, Airlangga tabur bunga di makam Astana Oetara.

"Kalau saya datang ke pemakaman ini, saya terharu karena ingat almarhum ayah yang sering mengajak saya ke tempat ini tahun 1970-an," ujar Airlangga pada saya belum lama ini.

Dalam sinopsis yang disampaikan Airlangga kepada saya, berjudul "Airlangga dan Trah Mangkunegaran", selain dikisahkan tentang kepiawaian Mangkunegara ke-VI dalam mengelola keuangan dan ekonomi negara, juga dikisahkan tentang perjuangan Mangkunegara I yang terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyawa melawan tentara kolonial Perusahaan Hindia Timur Belanda atau VOC (Vereenigde Osst-Indische Compagnie) atau Kompeni.

Sinopsis ini menunjuk juga tentang siapa Pangeran Samber Nyawa yang dijadikan Pahlawan Nasional tahun 1983. Sinopsis juga melukisk.an kepahlawanan Mangkunegara I atau Pangeran Samber Nyawa ini menurut sejarahwan asal Amerika Serikat yang lama tinggal di Australia dan Indonesia, MC Ricklefs.

Bagi saya cukup menarik Airlangga mengirimkan sinopsis itu karena menyebut sejarahwan Merle Calvin Riklefs, yang hidup dari tahun 1943 sampai 2019.

Beberapa bulan sebelum meninggal pada 19 Desember 2019 di Australia, Merle Calvin Ricklefs dalam keadaan derita sakit, berhasil menyelesaikan bukunya berjudul "Samber Nyawa - Kisah Perjuangan Seorang Pahlawan Nasional - Pangeran Mangkunegara I (1726 - 1795)". Saya membeli buku ini karena ada dorongan dari sejarahwan Inggris, Peter Carey yang menghadiri peluncuran buku saya Sisi Lain Istana Jilid I di Jakarta tahun 2014.

Sejarahwan Inggris yang kini berada di Indonesia, Peter Carey, dalam pengantar buku ini mengatakan buku tersebut adalah mahakarya pamukas yang ditulis oleh salah satu sejarahwan Jawa yang paling cemerlang, Ricklef.

Menarik bagi saya kalimat pengantar Peter Carey yang berbunyi seperti berikut:

"......... Di Indonesia , tempat sosok Raden Mas Said/Mangkunegara I sangat dihormati banyak orang, dan di sini juga juga banyak yang memiliki hubungan darah dengan sang pangeran yang mistis ini di antara para elit Jawa".

Kalimat Peter Carey ini juga saya beri tambahan, di antara para elit Jawa yang punya hubungan darah dengan Pangeran Samber Nyawa yang mistis ini adalah Airlangga yang telah diumumkan akan mencalonkan diri jadi calon presiden dalam pemilihan presiden 2024 mendatang.

Tentang pencalonan Airlangga untuk pilpres 2024 ini, kelompok HL 717 terdiri dari Azisoko Dimas Harmoko, Sucipto, Marlena dan seterusnya, mendengar langsung dari Ketua MPR/Wakil Ketua Umum Bambang Soesatyo di Jalan Proklamasi, Jakarta, Kamis 20 Januari 2022.

"Kami, Golkar akan mencalonkan Airlangga, tolong didukung," ujar Bambang Soesatyo yang sebelum ini sangat kritis terhadap Airlangga.

Maka dalam diskusi rutin tentang pemilihan presiden 2024 di markas Hang Lekir 717 atau HL 717, Selasa 8 Frebuari 2022, muncul sebuah teori yang berkata, adanya keyakinan relasi mistis dengan sang pangeran itu sangat penting untuk mendongkrak elektabilitas Airlangga jelang pilpres 2024.

Banyak pemimpin di Indonesia sebagai pengagum Pangeran Samber Nyawa. Presiden RI kedua Soeharto adalah pengagum berat Pangeran Samber Nyawa. Beberapa kali saya mendengar langsung Soeharto berkisah panjang lebar tentang ajaran dan kisah hidup Pangeran Samber Nyawa di Tapos (Bogor) dan di Istana Negara Jakarta awal tahun 1980 dan 1990-an. Makam Soeharto juga tidak jauh dari makam Pangeran Samber Nyawa di kaki Gunung Lawu.

Dua minggu sebelum pelantikan presiden 20 Oktober 2014, saya bicara soal Gunung Lawu dengan Presiden terplih Joko Widodo di kediaman pribadinya di Solo. Beberapa orang yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan, Jokowi tertarik "ocehan" saya tentang Gunung Lawu itu.

Di buku tentang Samber Nyawa oleh MC Ricklef antara lain dituliskan tentang kekuatan spiritual Jawa yang berkaitan dengan Ratu Kidul (di laut Selatan Jawa) dan Sunan Lawu (perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur bagian selatan).

Menurut Ricklef, Mangkunegara dekat sekali dengan Sunan Lawu. "Barangkali karena dari sebagian besar dari perjuangan hidupnya dihabiskan di daerah sekitar Gunung Lawu," kata Ricklef dalam bukunya (halaman 298).

Dalam bukunya Ricklefs juga menuliskan tentang catatan harian berbentuk puisi/tembang yang berkaitan dengan Pangeran Samber Nyawa atau Mangkunegara I.

Buku harian ini, kata Ricklefs, mencatat berbagai peristiwa ajaib yang berkaitan dengan kewajiban menggunakan warna kuning. Bunyi catatan harian itu begini:

"Di mana makam itu berada, semua harus memakai warna kuning, Kerbau, sapi dan kuda , harus mendekat dengan warna kuning (hiasan-hiasannya). Alat pengangkut mesti berwarna kuning. Jika mendekati kuburan, kuning (harus dipakai)".

Ini perlu penafsiran meditatif. Apakah kuning ini juga berkaitan dengan warna Golkar?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun