Bagi saya cukup menarik Airlangga mengirimkan sinopsis itu karena menyebut sejarahwan Merle Calvin Riklefs, yang hidup dari tahun 1943 sampai 2019.
Beberapa bulan sebelum meninggal pada 19 Desember 2019 di Australia, Merle Calvin Ricklefs dalam keadaan derita sakit, berhasil menyelesaikan bukunya berjudul "Samber Nyawa - Kisah Perjuangan Seorang Pahlawan Nasional - Pangeran Mangkunegara I (1726 - 1795)". Saya membeli buku ini karena ada dorongan dari sejarahwan Inggris, Peter Carey yang menghadiri peluncuran buku saya Sisi Lain Istana Jilid I di Jakarta tahun 2014.
Sejarahwan Inggris yang kini berada di Indonesia, Peter Carey, dalam pengantar buku ini mengatakan buku tersebut adalah mahakarya pamukas yang ditulis oleh salah satu sejarahwan Jawa yang paling cemerlang, Ricklef.
Menarik bagi saya kalimat pengantar Peter Carey yang berbunyi seperti berikut:
"......... Di Indonesia , tempat sosok Raden Mas Said/Mangkunegara I sangat dihormati banyak orang, dan di sini juga juga banyak yang memiliki hubungan darah dengan sang pangeran yang mistis ini di antara para elit Jawa".
Kalimat Peter Carey ini juga saya beri tambahan, di antara para elit Jawa yang punya hubungan darah dengan Pangeran Samber Nyawa yang mistis ini adalah Airlangga yang telah diumumkan akan mencalonkan diri jadi calon presiden dalam pemilihan presiden 2024 mendatang.
Tentang pencalonan Airlangga untuk pilpres 2024 ini, kelompok HL 717 terdiri dari Azisoko Dimas Harmoko, Sucipto, Marlena dan seterusnya, mendengar langsung dari Ketua MPR/Wakil Ketua Umum Bambang Soesatyo di Jalan Proklamasi, Jakarta, Kamis 20 Januari 2022.
"Kami, Golkar akan mencalonkan Airlangga, tolong didukung," ujar Bambang Soesatyo yang sebelum ini sangat kritis terhadap Airlangga.
Maka dalam diskusi rutin tentang pemilihan presiden 2024 di markas Hang Lekir 717 atau HL 717, Selasa 8 Frebuari 2022, muncul sebuah teori yang berkata, adanya keyakinan relasi mistis dengan sang pangeran itu sangat penting untuk mendongkrak elektabilitas Airlangga jelang pilpres 2024.
Banyak pemimpin di Indonesia sebagai pengagum Pangeran Samber Nyawa. Presiden RI kedua Soeharto adalah pengagum berat Pangeran Samber Nyawa. Beberapa kali saya mendengar langsung Soeharto berkisah panjang lebar tentang ajaran dan kisah hidup Pangeran Samber Nyawa di Tapos (Bogor) dan di Istana Negara Jakarta awal tahun 1980 dan 1990-an. Makam Soeharto juga tidak jauh dari makam Pangeran Samber Nyawa di kaki Gunung Lawu.
Dua minggu sebelum pelantikan presiden 20 Oktober 2014, saya bicara soal Gunung Lawu dengan Presiden terplih Joko Widodo di kediaman pribadinya di Solo. Beberapa orang yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan, Jokowi tertarik "ocehan" saya tentang Gunung Lawu itu.