Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Basarah, Franky, dan Bung Karno

17 Juni 2020   18:33 Diperbarui: 18 Juni 2020   12:01 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahmad Basarah, sebagai salah satu Wakil Ketua MPR, melakukan kegiatan di gedung kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, baru-baru ini. (Dok. Pribadi)

Untuk melihat hubungan batin antara Basarah dan Bung Karno saya memilih melihat buku tulisannya berjudul, Bung Karno, Islam dan Pancasila yang diterbitkan oleh Penerbit Konstitusi Press (Konpress) Jakarta tahun 2017.

Bahan mentah dari buku ini sebenarnya adalah hasil  disertasi Ahmad Basarah ketika meraih doktor dari Universitas Diponegoro 10 Desember 2016 lalu.

Dua kata pengantar dalam buku ini adalah Ketua Mahkamah Konstitusi 2015 - 2017 Prof Dr Arief Hidayat SH dan Ketua Mahkamah Konstitusi 2008 - 2013 Mahfud MD (sekarang Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM). Arief Hidayat dan Mahfud MD adalah dua dari sembilan guru besar penguji Ahmad Basarah untuk memperoleh gelar doktor.

Tentu buku ini diberi pengantar oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Ahmad Basarah adalah kader partai ini. Buku ini diluncurkan Rabu 21 Juni 2017, dalam acara peringatan haul Bung Karno ke-47  di komplek parlemen Senayan, Jakarta.

Pidato sambutan acara ini dilakukan oleh Ketua MPR (waktu itu), Zulkifli Hasan (Bang Zul). Kini Bang Zul  (PAN) adalah salah satu dari wakil ketua MPR bersama Ahmad Basarah, Ahmad Muzani (Gerindra), Lestari Moerdijat (Nasdem), Jazilul Fawaid (PKB), Syarief Hasan (Demokrat), Hidayat Nur Wahid (PKS), Asrul Sani (PPP) dan Fadel Muhammad (wakil DPD).

Menurut Arief Hidayat, disertasi Dr Ahmad Basarah merupakan justifikasi akademis pertama  tentang tentang penetapan  1 Juni 1945 sebagai hari lahir Pancasila  setelah ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 24 tahun 2016 pada 1 Juni 2016.

Keppres ini muncul sekitar dua tahun Jokowi jadi presiden. Jokowi lahir di tanggal Bung Karno wafat, yakni 21 Juni. Mungkin ini antaralain yang membawa Basarah menyebut Juni bulan magis.

Arief Hidayat juga mencatat ketika Bung Karno pidato di depan Kongres Amerika Serikat 17 Mei 1956 tentang uraian Pancasila. "Ketika setiap sila disebutkan, hadirin bertepuk tangan riuh dan diakhiri  dengan standing ovationyang panjang," kata guru besar itu.

Menurut Arief Hidayat, filsuf Inggris Bertrand Russel menyebut Bung Karno sebagai Great Thinker in the East (pemikir besar di Timur).

Sementara Mahfud MD mengatakan, Bung Karno telah berhasil membangun persenyawaan yang harmonis antara negara dan agama di dalam dasar dan ideologi negara Pancasila. 

"Itulah sebabnya saya mengapresisi Ahmad Basarah ketika membela Bung Karno dari tudingan bahwa Bung Karno adalah pelindung komunis dan anti agama, dengan mengatakan Bung Karno itu sejatinya adalah santri , santri yang progresif  ingin memajukan Islam......Bung Karno itu mempunyai jejak perjuangan Islam yang tidak main-main," demikian cuplikan cuplikan kata-kata Mahfud MD dalam pengantar buku tersebut halaman XXI sampai XXX, (sembilan halaman).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun