Rombongan antara lain Bung Karno dan Nyonya Fatmawati, Mohammad Guntur Soekarnoputea (lahir 3 November 1944), Wakil Presiden Mohammad Hatta dan istri, Nyonya Siti Rahmiati Hatta.
Selain itu ada para menteri kabinet, beberapa pengawal (antara lain Letkol Polisi Mangil Martowidjojo), masinis Hoesain, dua juru api (Mortado dan Soead), pelayan kereta api (Sapi'ie dan Kasban, koki rumah makan kereta api (Moh Saleh dan Soelaiman), pelayam rumah makan (Amir, Kasim, Aje, Subandi, Rahall, Jimin Slamet, Jahidin, Nata dan Ilyas), mekanik (Toekimin, Kun Hai dan Irei), kodektur (Soedjono dan Sastrosardono) dan tenaga listrik Hidajat.
"Rumah kami terletak di tepi jalan kereta api. Jadi pada pukul enam sore. serangkaian kereta api yang sengaja digelapkan  berhenti tanpa suara di belakang rumahku. Dengan diam-diam, bahkan tanpa bernafas sedikit pun , kami menyusup ke belakang rumah dan naik kereta," Bung Karno berkisah.
Fatmawati gendong Guntur
Buku "Sejarah Perkereta Apian Indonesia", mengisahkan, bukan hanya lampu-lampu dimatikan. "Pembicaraan pun dilakukan secara berbisik-bisik, sehingga menambah tegangnya suasana.
Sapi'ie, pelayan kereta, turut menuntun Ibu Fatmawati yang mengendong Guntur, menerobos pagar kawat yang telah dibuka, diikuti Ibu Rahmi Hatta, Bung Karno, Bung Hatta, para menteri dan anggauta rombongan lainnya.
Setelah semua masukdalam kereta, Sugito memberi aba-ba berangkat tanpa peluit hanya dengan satu suara lirih, Oke". Para petugas lainnya meneruskan aba-aba itu secara berantai kepada Masinis, Hussein.
Kemudian kereta berjalan pelahan ke arah timur menuju Manggarai dan Jatinegara yang kedua sisi rel sudah ditutup dengan barikade gerbong-gerbong kosong.Â
Di stasiun Jatinegara ini dilakukan gerak langsir. Setelah melintasi Stasiun Jatinegara, kereta berjalan cepat. Di Stasiun Kranji, nampak para serdadu NICA, tapi mereka tidak menghiraukan KLB ini.
"Kami memiliki masinis yang setia di kabin lokomotif," kata Bung Karno.
Selepas Stasiun Kranji, KLB berjalan dengan kecepatan tinggi karena sudah di dalam wilayah kekuasaan para perjuang revolusi RI. Ketika itu lampu dinyalakan dan beberapa jendela dibuka. Semua lega. Bung Karno berkata dan berseloroh.