Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Coba Kita Peringati Peristiwa Penyelamatan Bayi RI di Awal 1946

9 Juni 2020   17:30 Diperbarui: 9 Juni 2020   21:31 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Bung Karno di Stasiun Blitar, Jawa Timur. Saya ambil awal Januari 2020 | Dok. Joseph Osdar

Rombongan antara lain Bung Karno dan Nyonya Fatmawati, Mohammad Guntur Soekarnoputea (lahir 3 November 1944), Wakil Presiden Mohammad Hatta dan istri, Nyonya Siti Rahmiati Hatta.

Selain itu ada para menteri kabinet, beberapa pengawal (antara lain Letkol Polisi Mangil Martowidjojo), masinis Hoesain, dua juru api (Mortado dan Soead), pelayan kereta api (Sapi'ie dan Kasban, koki rumah makan kereta api (Moh Saleh dan Soelaiman), pelayam rumah makan (Amir, Kasim, Aje, Subandi, Rahall, Jimin Slamet, Jahidin, Nata dan Ilyas), mekanik (Toekimin, Kun Hai dan Irei), kodektur (Soedjono dan Sastrosardono) dan tenaga listrik Hidajat.

"Rumah kami terletak di tepi jalan kereta api. Jadi pada pukul enam sore. serangkaian kereta api yang sengaja digelapkan  berhenti tanpa suara di belakang rumahku. Dengan diam-diam, bahkan tanpa bernafas sedikit pun , kami menyusup ke belakang rumah dan naik kereta," Bung Karno berkisah.

Rel kereta api di Bumi Ayu, Jawa Tengah yang dilewati kereta Bung Karno di tengah malam antara tanggal 3 dan 4 Januari 1946 | Dok. Joseph Asdar
Rel kereta api di Bumi Ayu, Jawa Tengah yang dilewati kereta Bung Karno di tengah malam antara tanggal 3 dan 4 Januari 1946 | Dok. Joseph Asdar

Fatmawati gendong Guntur

Buku "Sejarah Perkereta Apian Indonesia", mengisahkan, bukan hanya lampu-lampu dimatikan. "Pembicaraan pun dilakukan secara berbisik-bisik, sehingga menambah tegangnya suasana.

Sapi'ie, pelayan kereta, turut menuntun Ibu Fatmawati yang mengendong Guntur, menerobos pagar kawat yang telah dibuka, diikuti Ibu Rahmi Hatta, Bung Karno, Bung Hatta, para menteri dan anggauta rombongan lainnya.

Setelah semua masukdalam kereta, Sugito memberi aba-ba berangkat tanpa peluit hanya dengan satu suara lirih, Oke". Para petugas lainnya meneruskan aba-aba itu secara berantai kepada Masinis, Hussein.

Kemudian kereta berjalan pelahan ke arah timur menuju Manggarai dan Jatinegara yang kedua sisi rel sudah ditutup dengan barikade gerbong-gerbong kosong. 

Di stasiun Jatinegara ini dilakukan gerak langsir. Setelah melintasi Stasiun Jatinegara, kereta berjalan cepat. Di Stasiun Kranji, nampak para serdadu NICA, tapi mereka tidak menghiraukan KLB ini.

"Kami memiliki masinis yang setia di kabin lokomotif," kata Bung Karno.

Selepas Stasiun Kranji, KLB berjalan dengan kecepatan tinggi karena sudah di dalam wilayah kekuasaan para perjuang revolusi RI. Ketika itu lampu dinyalakan dan beberapa jendela dibuka. Semua lega. Bung Karno berkata dan berseloroh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun