Perubahan mood dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap motivasi belajar seorang anak. Mood yang buruk atau perubahan emosi, seperti perasaan cemas, marah, atau sedih, dapat mengganggu fokus dan konsentrasi anak saat belajar. Jika anak merasa tertekan atau tidak bahagia, mereka cenderung kehilangan minat terhadap aktivitas belajar dan lebih memilih untuk melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan seperti bermain atau makan.
Permasalahan yang terjadi kepada salah satu siswa berinisial B yang merupakan siswa Kelas VII SMP, berasal dari keluarga yang cukup mampu bapak B merupakan pekerja wiraswasta dan ibunya merupakan Ibu Rumah Tangga. B merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, kakak pertama dan kaka keduanya sudah bekerja. Bapak dan Ibu dari B juga tidak mengenyam pendidikan sampai selesai, ibu dari B bahkan lulusan SMA. Permasalahan dalam B adalah belajar sesuai dengan mood. B merasa bahwa dia tidak dapat mengikuti pelajaran dan lebih menyukai bermain atau terdiam diri di rumah dan menonton televisi akibatnya siswa B ini mendapatkan panggilan dari guru BK karena peringkatnya yang turun drastis. Siswa B cenderung belajar hanya saat moodnya baik, yang menunjukkan bahwa B mungkin belum memiliki kebiasaan belajar yang konsisten dan disiplin. Hal ini sering kali terjadi pada remaja yang belum menemukan cara untuk mengelola emosi dan motivasi dalam konteks belajar. Penurunan peringkat yang signifikan adalah indikasi bahwa B mungkin menghadapi kesulitan dalam belajar atau mungkin tidak merasa terlibat dalam pelajaran. Panggilan dari guru BK bisa menunjukkan adanya masalah psikologis atau motivasional yang mempengaruhi kinerjanya di sekolah.
Masalah yang dialami siswa B merupakan masalah motivasi belajar dengan mood yang tidak stabil, akibatnya ia cenderung belajar sesuai mood. Artinya, siswa B ini hanya belajar saat merasa tertarik atau memiliki semangat, tetapi cenderung menghindari kegiatan belajar ketika moodnya buruk atau tidak ada dorongan.
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah motivasi belajar dari siswa B:
- Identifikaasi penyebab utama: melakukan wawancara terhadap siswa B, orang tua, dan guru untuk memahami lebih dalam apa yang menjadi kendalaa
- Kolaborasi dengan guru BK: guru BK memberikan konseling untuk membantu siswa B mengatasi masalah emosional yang mungkin sedang dihadapinya.
- Kolaborasi dengan orang tua
- Menciptakan lingkungan yang kondusif
- Membangun motivasi intrinsik
Faktor yang mempengaruhi perubahan mood siswa B terhadap motivasi belajar.
FAKTOR INTERNAL:
- Minat dan bakat
- Motivasi diri
- Percaya diri
- Emosi
- Gaya belajar
FAKTOR EKSTERNAL:
- Lingkungan keluarga
- Lingkungan sekolah
- Perbandingan dengan orang lain
- Perubahan kehidupan
- Kondisi kesehatan
Salah satu bantuan yang dapat digunakan untuk membantu dari permasalahan perubahan mood dalam motivasti belajar dapat menggunakan teori kognitif, Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu tersebut mendapatkan pengetahuan setelahnya. Kognitif ini erat sekali dengan tingkat kecerdasan seseorang. Contoh kognitif bisa ditunjukkan ketika seseorang sedang belajar, membangun sebuah ide, dan memecahkan masalah. Menurut Gagne, yaitu proses internal yang terjadi di dalam pusat susunan saraf ketika manusia sedang berpikir. Menurut Drever, yaitu istilah umum yang melingkupi metode pemahaman, yakni persepsi, penilaian, penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna. Menurut Piaget, yaitu bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas (Given, 2014: 188).
Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspekaspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat diamati) (Warsita, 2016: 69).
Teori Kognitif menekankan pentingnya proses mental seperti, ingatan, dan pemecahan masalah dalam belajar. Ketika teori ini diterapkan dalam pembelajaran, diharapkan dapat memberikan dampak positif pada mood dan motivasi belajar siswa, khususnya siswa B yang mengalami perubahan mood.