Mohon tunggu...
orbithayuanda
orbithayuanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - pendidikan

Kesuksesan sejati adalah ketika kita bisa menyukseskan dan membahagiakan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Perubahan Mood Terhadap Motivasi Belajar

13 Januari 2025   21:15 Diperbarui: 13 Januari 2025   21:11 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

DAMPAK PERUBAHAN MOOD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

Thayer menjelaskan bahwa mood (suasana hati) adalah perasaan-perasaan yang cenderung kurang intens dan terjadi dalam situasi serta kondisi yang sedang dialami. Suasana hati seseorang bisa bermacam-macam dan istilahnya juga berbeda. Bisa jadi suasana hati sedang baik, gundah gulana, sampai dengan berubah dengan mudah. Supaya mudah menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, ini ada berbagai jenis mood seperti Good Mood, badmood, moody, mood swing, dan mood booster.

Faktor pemicu badmood (tidak mood) Bad mood dapat terjadi pada siapa saja, tidak memandang kalangan usia tertentu. Namun, masa pubertas biasanya menjadi masa-masa ketika seseorang paling sering mengalami bad mood. Hal ini terjadi karena pada masa pubertas, tubuh mulai memproduksi hormon seksual estrogen (wanita) dan testosteron (pria). Namun, secara umum, bad mood juga bisa terjadi karena beberapa hal berikut ini: mengalami penolakan, lapar, merasa bersalah, kelelahan, memiliki tugas menumpuk, dan PMS (pre menstruation syndrome).

Mood booster adalah segala hal yang bisa meningkatkan suasana hati serta membangkitkan semangat.

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat Anda coba untuk mengembalikan atau meningkatkan mood: tidur siang, dengarkan music, makan makanan enak, dan olahraga.

Motivasi belajar adalah dorongan internal yang mendorong seseorang untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran dengan antusiasme, tekad, dan semangat.

Menurut Anis Fu'adah dalam buku Pembelajaran Metode Tutor Sebaya, motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung

Motivasi ini berperan penting dalam menentukan sejauh mana seseorang akan mengembangkan diri dalam proses pembelajaran.

Motivasi belajar dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal, dan dapat berubah-ubah seiring waktu. Memahami pengertian, prinsip, dan cara membangun motivasi belajar adalah kunci untuk meraih hasil pembelajaran yang optimal.

Banyak orang tua yang tidak sadar jika mereka sering memberikan label 'malas' kepada anaknya. Padahal, anak mereka hanya ada dalam masa kurang termotivasi untuk belajar atau perilaku yang mereka lakukan tidak sesuai dengan rata-rata anak sekolah pada umumnya. Seorang anak yang merasa malas bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti timbulnya rasa bosan dalam diri anak, menemui kesulitan disekolah saat belajar, pengetahuan dan pengalaman yang kurang.

Anak yang malas belajar bahkan tidak mau mengerjakan tugasnya di sekolah maupun dirumah. Keinginan dari pada anak berfokus pada makan dan bermain. Sehingga anak tidak fokus untuk belajar. Hal ini dapat disebabkan factor eksternal maupun internal. Faktor internal yaitu kurangnya kesadaran pada diri siswa untuk belajar lebih giat lagi, dan faktor eksternal dapat dilihat dari lingkungan sekitar, keluarga maupun di sekolah. Seperti contoh perubahan mood dalam proses belajar anak.

Perubahan mood dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap motivasi belajar seorang anak. Mood yang buruk atau perubahan emosi, seperti perasaan cemas, marah, atau sedih, dapat mengganggu fokus dan konsentrasi anak saat belajar. Jika anak merasa tertekan atau tidak bahagia, mereka cenderung kehilangan minat terhadap aktivitas belajar dan lebih memilih untuk melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan seperti bermain atau makan.

Permasalahan yang terjadi kepada salah satu siswa berinisial B yang merupakan siswa Kelas VII SMP, berasal dari keluarga yang cukup mampu bapak B merupakan pekerja wiraswasta dan ibunya merupakan Ibu Rumah Tangga. B merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, kakak pertama dan kaka keduanya sudah bekerja. Bapak dan Ibu dari B juga tidak mengenyam pendidikan sampai selesai, ibu dari B bahkan lulusan SMA. Permasalahan dalam B adalah belajar sesuai dengan mood. B merasa bahwa dia tidak dapat mengikuti pelajaran dan lebih menyukai bermain atau terdiam diri di rumah dan menonton televisi akibatnya siswa B ini mendapatkan panggilan dari guru BK karena peringkatnya yang turun drastis. Siswa B cenderung belajar hanya saat moodnya baik, yang menunjukkan bahwa B mungkin belum memiliki kebiasaan belajar yang konsisten dan disiplin. Hal ini sering kali terjadi pada remaja yang belum menemukan cara untuk mengelola emosi dan motivasi dalam konteks belajar. Penurunan peringkat yang signifikan adalah indikasi bahwa B mungkin menghadapi kesulitan dalam belajar atau mungkin tidak merasa terlibat dalam pelajaran. Panggilan dari guru BK bisa menunjukkan adanya masalah psikologis atau motivasional yang mempengaruhi kinerjanya di sekolah.

Masalah yang dialami siswa B merupakan masalah motivasi belajar dengan mood yang tidak stabil, akibatnya ia cenderung belajar sesuai mood. Artinya, siswa B ini hanya belajar saat merasa tertarik atau memiliki semangat, tetapi cenderung menghindari kegiatan belajar ketika moodnya buruk atau tidak ada dorongan.

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah motivasi belajar dari siswa B:

  • Identifikaasi penyebab utama: melakukan wawancara terhadap siswa B, orang tua, dan guru untuk memahami lebih dalam apa yang menjadi kendalaa
  • Kolaborasi dengan guru BK: guru BK memberikan konseling untuk membantu siswa B mengatasi masalah emosional yang mungkin sedang dihadapinya.
  • Kolaborasi dengan orang tua
  • Menciptakan lingkungan yang kondusif
  • Membangun motivasi intrinsik

Faktor yang mempengaruhi perubahan mood siswa B terhadap motivasi belajar.

FAKTOR INTERNAL:

  • Minat dan bakat
  • Motivasi diri
  • Percaya diri
  • Emosi
  • Gaya belajar

FAKTOR EKSTERNAL:

  • Lingkungan keluarga
  • Lingkungan sekolah
  • Perbandingan dengan orang lain
  • Perubahan kehidupan
  • Kondisi kesehatan

Salah satu bantuan yang dapat digunakan untuk membantu dari permasalahan perubahan mood dalam motivasti belajar dapat menggunakan teori kognitif, Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu tersebut mendapatkan pengetahuan setelahnya. Kognitif ini erat sekali dengan tingkat kecerdasan seseorang. Contoh kognitif bisa ditunjukkan ketika seseorang sedang belajar, membangun sebuah ide, dan memecahkan masalah. Menurut Gagne, yaitu proses internal yang terjadi di dalam pusat susunan saraf ketika manusia sedang berpikir. Menurut Drever, yaitu istilah umum yang melingkupi metode pemahaman, yakni persepsi, penilaian, penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna. Menurut Piaget, yaitu bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya.

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas (Given, 2014: 188).

Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspekaspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat diamati) (Warsita, 2016: 69).

Teori Kognitif menekankan pentingnya proses mental seperti, ingatan, dan pemecahan masalah dalam belajar. Ketika teori ini diterapkan dalam pembelajaran, diharapkan dapat memberikan dampak positif pada mood dan motivasi belajar siswa, khususnya siswa B yang mengalami perubahan mood.

DAMPAK POSITIF:

  • Meningkatkan pemahaman: dengan menerapkan prinsip-prinsip teori kognitif, siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi rasa frustasi.
  • Meningkatkan keterlibatan aktif: teori kognitif mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
  • Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah: teori kognitif melatih siswa untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah.
  • Meningkatkan motivasi intrinsin: ketika siswa merasa bahwa mereka mampu memahami dan menguasai materi pelajaran mereka akan merasa lebih termotivasi untuk belajar secara mandiri.

  • Masalah motivasi dan regulasi emosi yang tidak konsisten pada siswa, seperti siswa B, dapat berdampak signifikan pada siswa dan guru. Berikut adalah konsekuensi utama untuk masing-masing:
  • DAMPAK PADA SISWA
  • Penurunan prestasi akademik: dampak tersebut terjadi kerana siswa B belajar dengan suasana hati yang tidak baik sehingga kurangnya termotivasi, hal ini menyebabkan pembelajaran tidak konsisten dan akhirnya mengakibatkan penurunan prestasi akademik
  • Harga diri menurun: karena belajar yang tida konsisten berdampak negatif pada harga    diri siswa B
  • Stres dan Kecemasan: Saat tugas dan pelajaran menumpuk, B mungkin merasa kewalahan. Kebiasaan belajar yang tidak konsisten menyebabkan penundaan, yang menciptakan stres di menit-menit terakhir, yang dapat memengaruhi kesehatan mental.
  • Kesulitan Membangun Kebiasaan Belajar yang Efektif: siswa B mungkin kesulitan mengembangkan keterampilan belajar yang penting, seperti manajemen waktu, pengorganisasian, dan pencatatan yang efektif.
  • DAMPAK PADA GURU
  • Pembelajaran yang berbeda: menyesuaikan pendekatan pembelajaran
  • Memberikan umpan balik yang dipersonalisasi: memberikan umpan balik secara teratur dan termotivasi bagi siswa B
  • Membangun Hubungan yang Mendukung: Mengembangkan hubungan kepercayaan dengan B, menunjukkan pemahaman terhadap perjuangan emosional dan motivasi mereka, dapat mendorong keterlibatan yang lebih baik dengan guru dan pelajaran.
  • Kolaborasi dengan Konselor : mengidentifikasi faktor emosional atau psikologis yang memengaruhi motivasi siswa B.
  • Penanganan masalah siswa B dengan motivasi yang tidak konsisten dan belajar berdasarkan suasana hati melibatkan pendekatan holistik, yang menangani kebutuhan emosional dan akademis. Berikut ini adalah langkah-langkah penanganannya:
  • Dukungan psikologis
  • Dukungan akademis
  • Dukungan keluarga dan orang tua
  • Dukungan dari teman sebaya
  • Penguatan perilaku
  • Intervensi medis
  • Mengajar keterampilan belajar yang efektif

KESIMPULAN

Berdasarkan masalah dari siswa B, siswa B belajar berdasarkan suasana hati kemungkinan merupakan kombinasi dari tantangan emosional, masalah motivasi, dan kurangnya kebiasaan belajar yang konsisten. Pendekatan yang komprehensif, yang melibatkan dukungan emosional, bimbingan akademis, dan keterlibatan orang tua, dapat membantu B mengembangkan kebiasaan belajar yang lebih baik dan pendekatan yang lebih konsisten terhadap pembelajaran. Dengan menggunakan teori belajar kognitif, memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Ketika teori ini diterapkan dalam pembelajaran, diharapkan dapat memberikan dampak positif pada mood dan motivasi belajas siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun