Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sehari Setelah Paskah: Thomas Sang Denial dan Kita

18 April 2022   14:01 Diperbarui: 18 April 2022   22:36 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit.

Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea,
yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."

Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut, sukacita, dan berlari cepat untuk memberitahukan kepada murid-murid Yesus.

Keraguan dan Penolakan Thomas

"Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya," (Tomas, Abad I Ms).

Tomas, sosok yang sangat dikenal oleh umat Katolik dan Protestan. Ketika murid-murid Yesus menyampaikan padanya bahwa Yesus sudah bangkit dari kematian, ia meminta bukti. Kata-kata di atas merupakan ungkapan jujur dari dirinya. 'Sikap' Tomas seperti itulah, maka ia dikenang sebagai orang yang tidak mudah percaya, skeptis, minta bukti dan fakta baru percaya.

Sehingga, hingga kini, misalnya di Indonesia, terutama pada komunitas Minahasa, Maluku, NTT, jika dalam percakapan sehari-hari, ada orang suka menyangkal sesuatu (menolak, tak percaya, skeptis, selalu minta lihat bukti fisik), maka ia akan disebut, 'Dasar Tomas;' dalam artian menyamakan orang tersebut persis kelakuan Tomas

Opa Jappy, November 2020



Denial

Sederhanya, denial, yang kini semakin popular pada kalangan milenial, walau salah kaprah memaknainya, merupakan proses atau mekanisme seseorang dalam rangka pertahanan dan penyusaian diri pada sikon kontemper yang terjadi atau dihadapinya; sikon tersebut, misalnya, kekalahan, kehilangan, kesedihan, duka, ketakutan, kekecewaan, cemburu, putus asa, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun