Agaknya, #GT sudah sampai ke Sang Gubernur dan Lingkaran Elitenya; bisa jadi, mereka pun kepanasan dan gerah.Â
Mereka lalu melakukan gerakan kontra #GT. Sayangnya, gerakan tersebut bukan dengan aksi-aksi perubahan dan perbaikan, melainkan melalui gerakan virtual untuk meredam trend di search machine.Â
Gerakan virtul tersebut, justru cepat tertangkap Nitizen. Bayangkan saja, sejumlah akun medsos dengan label Sang Gubernur, tiba-tiba bertambah pengikut atau anggotanya.
Saya melihat, hal tersebut terjadi, bukan semata terampilnya admin gerekan virtual tersebut, melainkan pada pengaturan pengguna medsos sendiri. Misalnya, ada fitur penambahan teman secara otomatis, seperti di Twitter, IG, Line, atau Like di Fans Page FB, serta tambah di Grup.
Nah, pengguna medsos yang 'menambah teman secara otomatis' inilah mejadi sasaran empuk para pendukung Sang Gubernur. Mereka mampu menambah yang like dan anggota grup tanpa diketahui oleh pemilik akun.
Jelas khan
Jadi, reaksi Sang Gubernur untuk menjadi bukan #GT seperti itu, agaknya akan sia-sia, sebab Nitizen semakin cerdas untuk membuat pertahanan atau mengprivasi akun medsosnya.
Lalu, apa yang selayaknya dibuat atau dilakukan Sang Gubenur? Ya itu tadi, perubahan diri dan menunjukkan kinerja yang baik, benar, dan berkualitas.
Opa Jappy | Warga DKI Jakarta Selatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H