Dua orang sahabat bernama Lunggi dan Balok Ama Sina; keduanya adalah penggembala domba dan penyadap tuak. Di saat-saat istirahat, mereka berdua membuat haik untuk ditukarkan dengan bahan makanan atau dijual.Â
Pada suatu waktu, ketika membuat haik, dan menaruh (mengikat) benang atau tali halus di pegangan haik, secara tidak sengaja, mereka menarik-menari tali tersebut, saat itu menghasilkan bunyi yang berirama.
Catatan Keempat
Seorang pemuda bernama Pupuk Soroba (dari Rote Barat), suatu waktu menyaksikan seekor laba-laba yang besar sedang asyik memainkan jaring (sarangnya) sehingga terdengar alunan suara yang indah. Saroba kemudian terinspirasi untuk menciptakan alat yang dapat mengeluarkan bunyi yang indah. Ia kemudian lidi-lidi daun lontar yang mentah, lalu dipetik.Â
Pikiran Soroba makin berkembang, terakhir ruas bamboo dipasang pada haik yang terbuat dari daun lontar, serta senar atau dawai mula-mula dibuat dari serat akan pohon beringin.
Saroba pun menirukan cara kerja laba-laba, maka berdasarkan kepercayaan (mitos) di Rote bila seseorang ingin pandai bermain/memetik Sasandu maka Ia harus menangkap seekor laba-laba lalu menghancurkannya sesudahnya dicampur dengan minyak kelapa lalu diolah/diremas-remas pada jari-jemari.
Opa Jappy | Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H