Kepada Semua Teman, Saudara, Bapak, Ibu
Kami Mengucapkan:
Selamat Merayakan dan Menjalankan Ibadah Idul Adha 1439
Jappy M Pellokila/Opa Jappy
Atas namaÂ
Pribadi
Keluarga Besar Gerakan Damai Nusantara
Indonesia Hari Ini
Indonesia Hari Ini Memilih Jokowi
Mereka, pada hari-hari atau moment tertentu, melakukan ritus kurban kepada Ilahi, sesuai dengan aturan atau pun tututan yang meminta kurban tersebut.
Setelah Abraham/Ibrahim menjadi orang yang dipanggil khusus, ia meninggalkan semua ritus-ritus sebelumnya. Tapi, pada suatu moment yang krusial, ia justru diperintahkan oleh Allah yang diimaninya, agar mempersembahkan atau mengorbankan anaknya.Â
Abraham/Ibrahim tidak menolak; ia ikuti permintaan Sang Khalik. Ia lakukan proses dan prosesi pengorbanan, dari awal hingga akhir.
Namun pada saat yang mendekati klimaks, Allah mengutus Malaikat-Nya kepada Abraham/Ibrahim untuk membatalkan kurban anaknya. Kurban tetap dijalankan, namun diganti domba.
Narasi Lama dalam Book of GenesisÂ
Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?"
Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api.
Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."
Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
Narasi di atas, diimani umat Yahudi, Katolik, Kristen, dan juga Islam sebagai suatu tindakan iman karena ketaatan Abraham/Ibrahim terhadap sapaan dan perintah  Tuhan.Â
Narasi tersebut, terus menerus terulang dari masa ke masa sampai saat ini (ketika anda dan saya baca); dan imani sebagai suatu teladan iman serta ketaatan kepada Allah.
Abraham/Ibrahim pun diimani oleh Agama-agama Samawi sebagai Bapa (segala) Orang Beriman atau Bapa Orang Percaya.Â
Ritus kurban, dengan berteladan pada Abraham/Ibrahim, hanya diteruskan oleh Agana Yahudi dan Islam, sedangkan Kristen dan Katolik tak melakukannya.
Idul Adha dan Solidaritas Kekinian
Sekarang ini, ketika kita merayakan Idul Adha, seorang teman Muslim mengirim pesan WA kepada saya bahwa, "Idul Adha kekinian kita, bukan berapa banyak hewan yang dikorbankan, tetapi berapa banyak (kilogram) yang kita berikan kepada orang lain, yaitu mereka yang pra-sejahtera, anak yatim piatu, dan para muzafir di sekitar anda. Karena Idul Adha adalah Suatu Bentuk Solidaritas."Â
Setelah membaca pesan tersebut, saya pun membenarkan.Â
Ya.
Idul Adha adalah Solidaritas terhadap sesama manusia; solidaritas terhadap penderitaan dan kekurangan orang lain.Â
Karena saat ini, setelah pulang (dari Sholat Idul Adha), sebagian dari jemaah masih menanti (dan menyaksikan) pemotongan hewan kurban; dan sebagiannya lagi, menanti (di sekitar pemotongan hewan) atau pun menunggu di rumah dan menati kiriman daging kurban.Â
Di sini, yang terjadi adalah mereka yang (memberi) kurban dan menerima (bagian) kurban 'disatukan' dalam/dan karena 'Satu Ketaatan;' yaitu Ketaatan yang telah dicontohkan oleh Abraham/Ibrahim.
Penyatuan karena disatukan itulah, juga sebagai bentuk keterpihakan, serta utamanya adalah solidaritas terhadap mereka yang kurang beruntung secara ekonomi.Â
Oleh sebab itu, ada baiknya, sebagaimana dicontohkna oleh Abraham/Ibrahim, ketaaatan, tunduk dan takluk kepada Tuhan, serta solidaritas tersebut, hendaknya tidak hannya pada (ketika) merayakan Idul Adha, namun terjadi sepanjang hidup dan kehidupan.
Amin  Â
 Opa Jappy | Pegiat Hubungan Agama dan Negara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H