Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."
Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
Narasi di atas, diimani umat Yahudi, Katolik, Kristen, dan juga Islam sebagai suatu tindakan iman karena ketaatan Abraham/Ibrahim terhadap sapaan dan perintah  Tuhan.Â
Narasi tersebut, terus menerus terulang dari masa ke masa sampai saat ini (ketika anda dan saya baca); dan imani sebagai suatu teladan iman serta ketaatan kepada Allah.
Abraham/Ibrahim pun diimani oleh Agama-agama Samawi sebagai Bapa (segala) Orang Beriman atau Bapa Orang Percaya.Â
Ritus kurban, dengan berteladan pada Abraham/Ibrahim, hanya diteruskan oleh Agana Yahudi dan Islam, sedangkan Kristen dan Katolik tak melakukannya.
Idul Adha dan Solidaritas Kekinian
Sekarang ini, ketika kita merayakan Idul Adha, seorang teman Muslim mengirim pesan WA kepada saya bahwa, "Idul Adha kekinian kita, bukan berapa banyak hewan yang dikorbankan, tetapi berapa banyak (kilogram) yang kita berikan kepada orang lain, yaitu mereka yang pra-sejahtera, anak yatim piatu, dan para muzafir di sekitar anda. Karena Idul Adha adalah Suatu Bentuk Solidaritas."Â
Setelah membaca pesan tersebut, saya pun membenarkan.Â
Ya.