Bogor, Jawa Barat---Agaknya SUMUT, entah sejak kapan, dihubungkan dengan Semua Urusan Musti Uang Tunai; paling tidak, itulah yang terbaca dari reaksi Letjen Edy Rahmayadi tentang video yang viral di Medsos. Tak lama setelah video pertama menjadi viral, muncul video kedua, ketika itu, Eddy masih berpangkat Mayor Jenderal, dan sebagai Panglima Kodam Bukit Barisan.
Kedua video tersebut, agaknya sengaja diviralkan, entah oleh siapa, agar publik mengenal 'Siapa Edy Rahmayadi;' termasuk mengingat kembali bahwa Sang Jenderal pernah berhadapan langsung dengan warga sipil, plus menamparnya.
Video Pertama
Pada video tersebut, sangat jelas bahwa mantan Panglima Kostrad Edy Rahmayadi, belum pensiun dari TNI AD, didampingi orang-orang berbalut baju PKS, sementara membagi-bagi uang ke sejumlah orang. Tampak anak-anak serta ibu-ibu mengelilingi Edy untuk mendapatkan lembaran uang dari tangan Edy Rahmayadi.
Tanggapan Edy Rahmayadi,
"Pembagian uang yang dilakukan dalam video viral di media sosial tak terkait dengan Pilkada.; pembagian uang itu merupakan kebiasaan adat istiadat di Sumatra Utara. Kejadian di Sumut itu adalah adat, kalau sudah ada manortor itu walaupun Rp10.000 atau Rp50.000 itu saweran namanya. Pejabat-pejabat lain di Sumatera Utara, juga lakukan.
Pembagian uang ini, sama sekali tak terkait dengan pilkada, apalagi jika ada yang mengkaitkannya dengan politik uang.Jadwal kampanye kapan, kenapa tahun kemarin saya memberikan saweran diributin. Saya tak mempersalahkan jika ada pihak-pihak yang meributkan pembagian uang tersebut; ributin saja, emang gue pikirin."
Sementara itu, Ketua DPP PKS PKS Mardani Ali Sera menyatakan bahwa,"Video bagi-bagi uang yang dilakukan Edy itu tidak berkaitan dengan momen Pilkada. Edy membagikan uang kepada sejumlah warga merupakan bagian kegembiraan perayaan keagamaan. Dan tidak ada masalah karena tidak terkait dengan kontestasi politik."
Nah.
Memang rencananya, Edy Rahmayadi, (akan) menjadi calon gubernur Sumatera Utara yang diusung oleh PKS, Gerindra, dan PAN, tapi belum resmi. Ia masih sebagai Perwira Tinggi di Mabes TNI, dan belum menjadi 'Orang Sipil.' Namun, jelas terlihat di video, Edy bersama-sama orang dengan balutan 'Seragam PKS;' apa maknanya? Hanya Edy Rahmayadi, PKS, serta Tuhan yang tahu.
Lalu, Edy pun berkomentar bahwa,"Pejabat-pejabat lain di Sumatera Utara, juga lakukan. ..... Saya tak mempersalahkan jika ada pihak-pihak yang meributkan pembagian uang tersebut; ributin saja, emang gue pikirin." Oke lah, jika benar.
Tapi, nanti dulu, Edy ke SUMUT sebagai siapa dan dalam rangka apa ya? Â Ia sudah bukan pejabat Militer dan juga tidak bagian dari pemerintahan sipil yang ada di RI; ia hanya Perwira Tinggi di Mabes TN. So, mengapa harus membagi-bagi uang, dengan orang-orang berseragam PKS pula?
Video Kedua
Pada waktu iu, puluhan warga Ramunia berunjuk rasa dalam rangka menuntut pihak Kodam membayar ganti rugi lahan seluas 148 hektare yang belum diberikan sejak tahun 2007. Â Warga menuding salah seorang petinggi Kodam telah memalsukan surat tanah di Ramunia, sehingga sangat merugikan masyarakat penggarap yang belum mendapatkan ganti rugi.Â
Demo puluhan warga Desa Ramunia, Kabupaten Deliserdang di depan Markas Kodam I Bukit Barisan di Jalan Gatot Subroto, Kota Medan, dan berakhir ricuh. Massa yang mayoritas perempuan dibubarkan paksa oleh petugas TNI. Ibu-ibu yang hendak menyeberang jalan ke Markas Kodam I Bukit Barisan langsung dihadang oleh petugas TNI berseragam lengkap.
Edy Rahmayadi pada waktu sebagai Pangdam Bukit Barisan, agaknya  kesal dan marah terhadap para demonstran. Pada video tersebut, sangat jelas Edy membentak, mencaci, dan menampar warga.
Ada Apa Dibaliknya?
Agaknya kedua video tersebut, bertujuan sama, ingin menunjukkan sosok Edy ketika bertugas di Sumatera Utara. Dugaan saya, Sang Penyebar Video tersebut berasal dari lawan politik  Sang Jenderal, entah siapa mereka; dan mungkin juga, diedarkan oleh lawan politik Gerindra, PKS, dan PAN. Tujuannya jelas, yaitu 'menghadang laju" Sang Jenderal.Â
Timbul tanya, peredaran dua video tersebut adalah kampanye hitam?
Tak lah.
Sebab, yang nampak dalam video adalah peristiwa yang direkam langsung, tanpa edit ataupun tambahan narasi dan gambar. Semuanya natural, asli, bahkan disiarkan secara terbuka oleh Media TV.
Bisa jadi, pada masa kampanye Pilkada Sumut, isi kedua video tersebut akam diputar ulang dan berulang, sambil menunjukkan bahwa, "Ini lho Sang Jenderal yang sebenarnya;" dan sekaligus membangkitkan 'dendam dan sakit hati rakyat." Dan jika itu terjadi terus menerus, maka (akan) membangkitkan sentimen negatif terhadap Parpol pengusung dan Sang Jenderal, bahkan berujung pada tidak terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara.
Mari kita duduk manis, menunggu dan melihat semuanya
Opa Jappy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H