November 2017 yang lalu Change.org dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia melakukan survei untuk mengetahui bagaimana warganet memandang masalah-masalah di Papua, isu-isu apa saja yang menjadi perhatian dan sejauh mana pemahaman mereka tentang isu-isu di Tanah Papua. Survey terhadap 27 ribu  lebih responden yag terdiri dari
- Warga Asli Papua, 2 %
- Penduduk Papua non Asli, 3 %
- Warga di luar Papua, 95 %
Pertanyaan: Saat memikirkan Tanah Papua kata apa yang terbayang di kepalamu?
Jawaban Warga Indonesia di luar Papua Â
- Indah, 17 %
- Tertinggal, 10 %
- Terpencil, 9 %
- Kaya, 9 %
- Raja Ampat, 4 5%
Jawaban Penduduk Papua non Asli
- Indah, 12 %
- Kaya, 11 %
- Surga, 6 %
- Tertinggal, 6 %
- Hutan, 3 Â %
Jawaban Penduduk Papua Asli
- Indah, 19 %
- Kaya, 8 %
- Merdeka, 7 %
- Surga, 6 %
- Tertinggal, 6 %
Pertanyaan: Keadaan Umum Papua
- Jawaban Orang Asli Papua, sangat mengkhawatirkan dan mengkhawatirkan, 70 %
- Jawaban Penduduk non Papua Asli di Papua, Baik dan Baik Sekali, 30 %
Pertanyaan: Masalah terbesar di Tanah Papua.
- Jawaban Warga luar Papua, kualitas pendidikan yang rendah, 14 %
- Jawaban Penduduk Papua non Asli, miras dan narkoba, 12 %
- Jawaban Orang Asli Papua, pelanggaran HAM, 14 %
Berdasarkan hasil survey tersebut, menurut Cahyo Pamungkas dari LIPI, permasalahan di Papua tidak hanya pendidikan, kemiskinan dan miras, namun juga pelanggaran HAM. Oleh sebab itu, menurut saya, solusi utama 'masalah' Papua adalah penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM.
Selain itu, saya juga setuju denga LIPI bahwa  Presiden Jokowi memegang peran kunci dalam menyelesaikan masalah, pembangunan, serta kemajuan Papua.
Hasil survey tersebut, sekaligus menunjukkan  'rasa memiliki Papua pada diri Rakyat Idonesia' semakin besar, dan ikut merasakan bahwa 'masalah Papua" adalah masalah bangsa, masalah kita, bukan hanya mereka. Papua adalah bagian tak terbantahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Padangan positip dan jujur terhadap sikon, terutama kemajuan, Papua tersebut, paling tidak telah menunjukkan tidak sia-sia tangisan mama-mama Papua beberapa tahun lalu. Ketika itu,
"Mereka menangis dan mengeluarkan air mata; bukan air mata kesedihan bukan air mata duka dan nestapa bukan air mata kelaparan
Tetapi, air mata sukacita, air mata kegembiraan. air mata kekaguman, air mata yang bercerita tentang diri yang papa, merana, dan derita, air mata pengharapan; pengharapan masa depan yang lebih baik.
Ada juga yang berseru. "Jokowi ko saja tra ada yang lain.
Ko pasti Presiden," atau "Jokowi kamu saja tidak ada yang lain. Kami pasti Presiden, ...." ; Rugaya penjual makanan, juga berkata, "Orangnya sangat sederhana sekali. Saya kaget dan tidak sangka sekali, ... ;" Jimmy Demianus Idjie, "Tak ada pesta penyambutan, namun rakyat menyambutnya dengan bahagia dan senang. Ini bukti ia benar-benar dicintai rakyat, ......."
Kemajuan dan perubahan Papua itu jugalah yang menjadikan hanya segelintir Orang Asli Papua yang berangan-angan tentang merdeka ( menurut survey hanya 7 %). Hal tersebut sekaligus menunjukkan bahwa Orang Papua sudah lebih realistis karena alami dan melihat fakta kemajuan di sekitarnya.
![Sumber: Change.org](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/12/17/1-5a368348ab12ae3fe3141a42.jpg?t=o&v=770)
Papua juga indah, kaya, dan surga yang tertinggal; oleh sebab itu perlu memajukan Papua sehingga menjadi Surga yang Tetap Indah.
Papua adalah Kita, Kita adalah Papua
Opa Jappy
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI