Nah pada saat itu, kira-kira seminggu setelah hari pertama sekolah, putera/i or cucu-cucu kecil kita mulai merasakan atau bahkan memaksa papa-mama, opa-oma, "Ini harus bawa;" "Kata Ibu Guru, harus bawa ini dan itu;" "Mama, buka tebal itu harus bawa ke sekolah;" dan seterusnya.
Ketika itulah, tas putera/i atau cucu kita mulai membesar, penuh sesak dengan segala keperluan sekolah, atau bahkan ia harus membawa tas jinjing lain dalam rangka melengkapi diri untuk belajar.
Sikon seperti itu, ternyata tidak saja terjadi di kota-koata besar, seperti Jakarta dan Surabaya, namun juga pada berbagai kota kecil lainnnya di Nusantara, di mana murid/siswa, terutama dan SD dan SMP, "dituntut" untuk membawa perelengkapan serat kebutuhan belajar yang cukup berat, bahkan melebihi 10 % dari berat badan mereka. Padahal, maksimalnya, tak boleh lebih dari 10 % berat badan.
Melihat kenyataan tersebut, untuk papa-mama dan opa-oma, coba perhatikan suplemen di atas, perlu memperhatikan dengan saksama isi tas sekolah putera/i and cucu-cucu sehingga tidak berdampak buruk baginya.
Kita, orang tua, papa-mama and opa-oma, selayaknya boleh protes kepada guru dan sekolah agar tak membebani murid dengan segala macam "yang harus dibawa ke sekolah." Juga, guru dan sekolah, perlu juga memperhatikan "beban" yang harus dipikul oelh murid-murid di dari rumah ke sekolah. Mungkin saja, Sekolah perlu menyiapkan locker yang cukup untuk perlengkapan belajar; ataupun menyediakan menyimpan kebutuhan belajar di sekolah. Â
Mungkin ada ide lain!? Monggo
Opa jappy / Jakarta Selatan
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H