Perhatikan hasil penelitian berikut
Penelitian yang dilakukan oleh seorang teman dari Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang Sumatera Selatan, menunjukan bahwa tas dan isinya adalah suatu kewajiban.  Tas sekolah menjadi bagian tak terpisahkan dari siswa sekolah sehingga identik dengan mereka. Tas sekolah digunakan sebagai wadah buku dan alat sekolah lainnya untuk dibawa ke sekolah. Kecenderungan saat ini sekolah sering memberi pekerjaanrumah, tugas-tugas, dan kegiatan ekstra kurikuler yang berdampak pada banyaknya material yang harus dibawa siswa sekolah. Sementara, dari berbagai jenis tas yang ada, tas punggung merupakan tas yang banyak digunakan.
Cara membawa tas, model tas, lihat pada tabel berikut.
Berdasar hal-hal di atas, sekarang, tugas kita adalah, setiap Si Boy and Girl kita ke sekolah, lakukan "pemeriksaan wajib;" ukur perkiraan berat tas dan bandingkan dengan berat badannya. Dan, anda harus, berani menelpon guru mereka, bahawa Si Boy and Girl tidak bawa buku ini dan itu sebab kebeberatan beban.
Ini cerita kemarin, ketika cucu saya, foto di atas, pertama masuk SD; serumah terjadi kesibukan demi Si Pendatang Baru di Sekolah Dasar. Semuanya lengkap. seragam, bekal. dan juga tas sekolah. Hari pertama sekolah, biasanya di SD dan SMP, nyaris tak berisi serta sangat ringa, pas atau serasi dengan pemiliknya.
Tapi nanti dulu, itu gari pertama sekolah; hari pertama ketika buku-buku paket dari guru belum dibagikan, dan saat guru belum mewajibkan murid-muridnya, yang mungil-mungil and lucu, membawa bertumpuk buku dan macam-macam perlengkapan pelajaran.
Nah pada saat itu, kira-kira seminggu setelah hari pertama sekolah, putera/i or cucu-cucu kecil kita mulai merasakan atau bahkan memaksa papa-mama, opa-oma, "Ini harus bawa;" "Kata Ibu Guru, harus bawa ini dan itu;" "Mama, buka tebal itu harus bawa ke sekolah;" dan seterusnya.
Ketika itulah, tas putera/i atau cucu kita mulai membesar, penuh sesak dengan segala keperluan sekolah, atau bahkan ia harus membawa tas jinjing lain dalam rangka melengkapi diri untuk belajar.
Sikon seperti itu, ternyata tidak saja terjadi di kota-koata besar, seperti Jakarta dan Surabaya, namun juga pada berbagai kota kecil lainnnya di Nusantara, di mana murid/siswa, terutama dan SD dan SMP, "dituntut" untuk membawa perelengkapan serat kebutuhan belajar yang cukup berat, bahkan melebihi 10 % dari berat badan mereka. Padahal, maksimalnya, tak boleh lebih dari 10 % berat badan.
Melihat kenyataan tersebut, untuk papa-mama dan opa-oma, coba perhatikan suplemen di atas, perlu memperhatikan dengan saksama isi tas sekolah putera/i and cucu-cucu sehingga tidak berdampak buruk baginya.
Kita, orang tua, papa-mama and opa-oma, selayaknya boleh protes kepada guru dan sekolah agar tak membebani murid dengan segala macam "yang harus dibawa ke sekolah." Juga, guru dan sekolah, perlu juga memperhatikan "beban" yang harus dipikul oelh murid-murid di dari rumah ke sekolah. Mungkin saja, Sekolah perlu menyiapkan locker yang cukup untuk perlengkapan belajar; ataupun menyediakan menyimpan kebutuhan belajar di sekolah. Â
Mungkin ada ide lain!? Monggo
Opa jappy / Jakarta Selatan
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H