Kerusushan yang tak jelas pemicunya, membut Inggris lumpuh dari berbagai kegiatan. Kerusuhan London Agustus 2011, seringkaili disebut sebagai dilakukan oleh minoritas terhadap mayoritas.Â
Begitu bringas dan brutalnya orang-orang melakukan pengurusakan, serta menimbulkan ketakutan, sampai pers Eropa menyebut bahwa Inggris dijajah oleh Imigran dari Afrika dan Asia.Â
Kasus kerusuahan yang sama, dengan skala yang lebih keci, juga pernah terjadi di negara-negara Eropa lainnya, namun dengan cepat teratasi oleh aparat keamanan.Â
Akibat lanjutan dari kerusuhan (yang dipicu) oleh para imigran tersebut, sempat ada usulan (oleh para politisi di Eropa) agar memulangkan mereka ke negeri asalnya.Â
Rencananya, mereka yang menjadi trouble maker hendak diusir, namun hal tersebut urung dilaksanakan, karena belum tentu akan diterima oleh negara asalnya.Â
Peristiwa kerusuhan di Inggris tersebut, ternyata berdampak besar terhadap sikap pemerintah negara-negara Eropa lainnya, negara-negara yang menampung imigran asal Timur-Tengah dan Afrika, timbul semacam antipati dan ketidaksenangan terhadap mereka, bahkan cenderung mendapat perlakuan tidak menyenangkan.Â
Dampak lainya adalah, negara-negara Eropa lainnya merasa terancam keamanannya oleh para pendatang dari Afrika dan Timur-Tengah.Â
Oleh sebab itu, Eropa semakin mempersulit menjaga wilayahnya agar tak disusupi oleh imigran gela, serta memperumit persyaratan pemintaan suaka dari negara lain.Â
Mereka tak mau mengulang kesalahan masa lalu, atas nama kemanusian menampung orang-orang yang akhirnya menjadi trouble maker.Â
Nah.Â
Kembali ke kasuh Australia yang memulangkan paksa para pengungsi dan imigran dari Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan (lucunya, mereka tidak melakukan hal yang sama untuk pelarian dari Papua) dengan berbagai cara, termasuk gunakan Kapal dan sekoti pendaratan (lihat foto di atas).Â