Selain itu, praktik-praktik ini dapat merusak kepercayaan publik terhadap sistem perpajakan dan otoritas pemerintah. Ketika masyarakat melihat bahwa perusahaan-perusahaan besar dapat menghindari pajak sementara mereka sendiri harus membayar pajak penuh, hal ini dapat memicu ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Dalam jangka panjang, ini dapat melemahkan legitimasi institusi perpajakan dan mempengaruhi stabilitas sosial dan politik.
Bagaimana Metode AWD dan AWK Dapat Digunakan untuk Menganalisis Fenomena Ini?
Metode Analisis Wacana Deskursif (AWD) dan Analisis Wacana Kritis (AWK) dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana treaty shopping dan penghindaran pajak berganda dibingkai dan dipertahankan dalam wacana publik dan kebijakan.
Metode AWD
Pendekatan Dasar AWD
AWD (Analisis Wacana Deskursif) adalah sebuah metode yang memandang wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat dan sebagai fenomena linguistik yang netral. Dalam konteks ini, wacana diperlakukan sebagai teks yang memiliki struktur tertentu dan diatur oleh aturan-aturan linguistik yang memastikan kohesi dan koherensi. Kohesi merujuk pada hubungan antarbagian dalam teks yang membuatnya tampak sebagai satu kesatuan, sementara koherensi merujuk pada bagaimana unsur-unsur teks tersebut saling terkait secara logis untuk membentuk makna yang dapat dipahami.
Aplikasi AWD dalam Analisis Treaty Shopping dan Penghindaran Pajak Berganda
Dalam konteks treaty shopping dan penghindaran pajak berganda, AWD akan mengeksplorasi bagaimana teks perjanjian pajak dan dokumen terkait disusun untuk menciptakan makna tertentu yang mendukung interpretasi tertentu dari perjanjian tersebut. Analisis ini akan berfokus pada struktur teks dan bagaimana elemen-elemen linguistik ini bekerja sama untuk membentuk narasi yang mendukung atau menentang praktik-praktik ini.
1. Analisis Struktur Teks: AWD memulai dengan menganalisis struktur teks dari perjanjian pajak, termasuk bagaimana paragraf dan kalimat disusun, serta bagaimana istilah-istilah kunci didefinisikan dan digunakan. Misalnya, istilah-istilah seperti "penduduk," "penghasilan," dan "usaha tetap" sering kali memiliki definisi yang spesifik dalam perjanjian pajak, yang dapat diinterpretasikan dengan cara-cara yang menguntungkan pihak tertentu. Analisis ini akan menunjukkan bagaimana definisi-definisi ini dapat menciptakan celah hukum yang memungkinkan treaty shopping.
2. Kohesi dan Koherensi: AWD juga berfokus pada aspek kohesi dan koherensi dalam teks perjanjian. Kohesi mencakup penggunaan kata ganti, konjungsi, dan kata-kata lain yang menghubungkan bagian-bagian teks untuk menciptakan kesatuan. Koherensi, di sisi lain, mengacu pada hubungan logis antarbagian teks. Dalam perjanjian pajak, kohesi dan koherensi dapat digunakan untuk mengarahkan pembacaan dan pemahaman terhadap ketentuan-ketentuan tertentu yang dapat dimanfaatkan untuk menghindari pajak.
3. Interpretasi Teks: AWD memungkinkan kita untuk melihat bagaimana teks-teks ini diinterpretasikan oleh para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, perusahaan, dan konsultan pajak. Misalnya, sebuah teks perjanjian mungkin menyertakan klausul yang tampak jelas, tetapi dapat diinterpretasikan dengan cara-cara yang berbeda oleh pihak-pihak yang berbeda untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Dengan menggunakan AWD, analisis dapat menunjukkan bagaimana interpretasi ini berperan dalam memungkinkan atau menghalangi praktik treaty shopping.