Menurut mereka yang awam kartun itu cenderung dikatakan sebagai tontonan anak-anak. Memang ada beberapa ada tontonan kartun dan anime yang memilih penontonnya anak-anak. Seperti: Spongebob Squarepants, Tom & Jerry, Naruto, Barbie Princess, Zoids, Dragon Ball, dll.
Beberapa tontonan tersebut sebagian besar memang ditonton oleh anak-anak. Tapi tahukah kalian, bahwa sebagian judul yang saya sebutkan itu memiliki Fan Service, Adult Joke ataupun Dark Joke di dalam cerita nya. Dan juga Rating umur nya dikatakan sebagai R13+. Jika pembaca mencari tahu lebih banyak judul kartun dan anime di dunia, sebagian besar targetnya adalah para Remaja yang artinya 'hanya untuk usia remaja'. Kalaupun ada anak-anak yang menonton perlu adanya Bimbingan Orangtua (BO).
Tapi tak sedikit juga kartun atau anime yang memiliki nilai-nilai pelajaran, baik akademik atau non-akademik. Menurut Sudjana dan Rifai, (dalam Anjayudin, 2014:9) “pengetahuan mengenai ini sangat membantu dalam memilih kartun-kartun untuk tujuan pembelajaran”, antara lain: 1) Pemakaiannya sesuai dengan tingkat pengalaman, artinya kartun hendaknya dimengerti oleh para siswa pada saat kartun digunakan; 2) Kesederhanaan, artinya kartun yang baik hanya berisi hal yang penting saja lambang yang digunakan jelas.
3. Cerita.
Dari segi cerita, Kartun dan Anime saat ini sedang mengembangkan cerita-cerita Fantasy. Dengan demikian penonton lebih diperlihatkan pada hal-hal yang bisa saja di luar nalar manusia di dunia nyata, seperti Magic (Sihir), Robot Mecha, dan sebagainya. Bisa diartikan dalam 10 tahun terakhir hampir 70% animasi yang kita tonton sekarang berbau Fantasy, dengan Karakter Utama yang memiliki kekuatan Super atau sebaliknya 'from Zero to Hero'.
Walaupun begitu, masih ada beberapa kartun ataupun anime yang mengupas tentang kehidupan di masyarakat (Slice of Life). Contoh kartun bertipe ini adalah, The Simpsons. Di anime sendiri, sudah banyak anime bertema Slice of Life yang menggambarkan bagaimana kehidupan di masyarakat Jepang sendiri, baik di perkotaan maupun di Pedesaan. Salah satu contohnya adalah Non Non Biyori.
4. Istilah dan Sejarah
Tentu saja ini juga merupakan salah satu dari perbedaannya paling utama. Kata 'kartun' dipercaya berasal dari kata cartone dalam bahasa Italia yang berarti kertas besar. Kartun pertama kali digunakan pada abad keenam belas untuk lukisan fresco, teknik yang melibatkan penerapan pigmen pada dinding plester yang terbuat dari kapur basah.
Tapi, Penggunaan kartun pada film baru dimulai pada akhir abad ke-19. Praxinoscope, alat pemutar animasi paling kuno ditemukan pada 1877 oleh ilmuwan asal Prancis, Charles-Emile Reynaud. Ia juga dikenal sebagai kartunis pertama di dunia dalam sejarah gambar bergerak.
Awalnya, film kartun memakai teknik stop motion. Gambar strip dicetak di atas film, yang kemudian diproyeksikan perframe film ke dinding dengan kecepatan 24 frame perdetik. Teknik ini memakan waktu sangat lama, sebab para kartunis harus menggambar adegan satu persatu terlebih dahulu. Winsor McCay, bapak film kartun dunia, membutuhkan waktu lebih dari setahun untuk membuat film kartun berdurasi tak lebih dari lima menit. Perkembangan kartun dalam film semakin maju semenjak ditemukannya teknologi computer-generated imagery (CGI). Toy Story (1995) merupakan film kartun pertama yang mengaplikasikan teknologi CGI dalam pembuatannya.
Anime (bahasa Jepang: アニメ, [anime] ) adalah animasi dari Jepang yang digambar dengan tangan maupun menggunakan teknologi komputer. Kata anime merupakan singkatan dari "animation" dalam Bahasa Inggris, yang merujuk pada semua jenis animasi. Di luar Jepang, istilah ini digunakan secara spesifik untuk menyebutkan segala animasi yang diproduksi di Jepang. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa anime dapat diproduksi di luar Jepang.