Boston memang merupakan kota yang penuh dengan perguruan tinggi dan universitas, seperti Yogyakarta di Indonesia. Northeastern adalah universitas swasta dengan jaringan global, termasuk kampus satelit di seluruh AS, di Kanada, dan di London. Ini memiliki badan mahasiswa yang besar, mirip dengan Boston University, dengan setidaknya 20.000 mahasiswa sarjana. Banyak mahasiswa datang untuk bidang STEM seperti sains, teknologi, dan ilmu komputer, di mana terdapat fokus yang kuat pada kecerdasan buatan. Sekolah bisnisnya juga terkenal. Di bidang humaniora dan ilmu sosial, kami menekankan seni liberal, memungkinkan mahasiswa untuk mengejar jurusan gabungan di berbagai disiplin ilmu.
**Oni:**Â
Anda menyebutkan bahwa di Cornell University, program PhD Anda memiliki fokus yang kuat pada studi Asia dan studi Indonesia. Bagaimana pekerjaan Anda di Northeastern dibandingkan, dan bagaimana Anda melihat kontribusi masa depan Anda terhadap antropologi dan studi Indonesia?
**Doreen Lee:**Â
Meskipun pekerjaan saya di Northeastern tidak persis sama dengan program studi wilayah di Cornell, saya mencoba memasukkan sebanyak mungkin pengetahuan studi wilayah ke dalam mata kuliah topik saya. Mahasiswa tertarik pada subjek daripada wilayah, jadi saya memperkenalkan kurikulum yang beragam yang mencakup bacaan tentang AS, Eropa, China, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, dan banyak lagi. Tujuan saya adalah mengingatkan mahasiswa antropologi tentang kontribusi signifikan kawasan ini terhadap bidang tersebut. Misalnya, karya antropolog terkenal seperti Clifford Geertz, yang berkontribusi pada teori-teori dasar yang berasal dari kawasan ini. Saya menggabungkan penelitian lama ini dengan studi baru untuk memberikan kesinambungan dan kedalaman.
**Oni:**Â
Anda menyebut Clifford Geertz, yang karyanya terkenal di Indonesia. Apa saran yang akan Anda berikan kepada orang muda yang bercita-cita mengikuti jejak antropolog seperti Geertz atau diri Anda?
**Doreen Lee:**Â
Ada banyak antropolog Indonesia yang luar biasa yang mewujudkan semangat rasa ingin tahu dan pengetahuan yang sama. Saran saya kepada para sarjana muda adalah membaca secara luas. Jangan hanya berfokus pada antropologi; jelajahi sejarah, sosiologi, geografi, dan ilmu politik. Pahami konteks yang lebih luas di sekitar topik minat Anda. Kedua, beranilah. Jalin jaringan, hubungi orang-orang yang karyanya Anda kagumi, dan bangun hubungan. Para sarjana juga manusia, dan banyak dari kami ingin mendukung sarjana muda. Jadi, baca semuanya dan beranilah.
**Oni:**Â
Baca semuanya dan beranilah—nasihat yang bagus untuk generasi muda. Terima kasih, Profesor Doreen Lee, atas berbagi wawasan dan pengalaman Anda dengan kami. Kami berharap dapat membahas lebih lanjut tentang penelitian Anda tentang Jakarta di masa depan.