Namun segera enyah pikiran yang bukan-bukan. Setidaknya itulah yang terjadi.
Segera saya hubungi nomer telepon yang tertera. Masih satu kota. Dekat pula dengan rumah. Selesai membayar tukang sate, sepeda motor langsung meluncur ke alamat.
Malam-malam menyambutlah seorang bapak setengah tua. Senyumnya lebar. Bahasa tubuhnya seakan berkata, "Hey.. Ke mana saja Kau seharian ini?.. Ditunggu-tunggu lama betul datangnya...."
Rupanya Trooper itu milik anaknya yang sedang bekerja di kapal pesiar. Oleh karena tidak ingin memberatkan ayahnya untuk mengurus, akhirnya dijual.
Dibuka dengan basa basi ringan, saya langsung menyapa sang besi tua dengan hati yang berbunga-bunga. Mengitarinya sekali dua kali. Memeriksa seperlunya. Menyadari usianya yang sudah tidak muda lagi, saya hanya memeriksa kelengkapannya saja. Dan yang paling penting tulang-tulangnya, sasisnya belum pernah bengkok ataupun patah.
Mesinnya basah. Ada rembesan. Malah di lantai garase ada bekasnya. Tetapi itu wajar pada mobil seumurnya. Tidak masalah. Masih banyak bengkel bagus di luar sana. Lagi pula ini bisa menjadi bahan untuk tawar menawar harga.
Saya tidak mau dia, sang Trooper merasa risau dan berpikir, "Ah.. Kau sudah tahu aku tua, kau tuntut apalagi hah? Jangan macam-macamlah... Bukannya di luar berhamburan mobil-mobil bagus? Mengapa tidak Kau ambil itu saja?.... Lagi pula Aku belum tentu suka sama Kau.. Hehe.."
Rupanya dialah jodoh saya. Hargapun masuk. Dengan sedikit tawar menawar, keesokan harinya 21 Oktober 2010, sang Trooper pun sah menjadi hak milik.
Pertemuan itu rupanya menjadi awal perjalanan panjang bersamanya. Penuh onak dan duri. Namun begitu nikmat dilalui. Apalagi sensasi empat penggerak rodanya benar-benar memuaskan.
Awal-awal bersamanya pernah mengalami lolos kopling saat mencoba jalan jauh. Beruntung di jalan sepi menuju sebuah danau. Pengunci sling kopling lepas berceceran di sepanjang jalan. Saya tekun menyusuri sepanjang ratusan meter mencari dan memungutinya. Kemudian memasangnya kembali tanpa sedikitpun tersembur gerutuan. Rupanya dia sedang menguji kesabaran saya.
Saat pertama mencoba penggerak empat rodanya, tanpa ada kenalan offroader satupun, saya bergaya bak offroader jempolan. Menyusuri jalan desa mencari medan berat. Bersamaan dengan gemuruh hujan. Nun jauh di ujung utara batas kabupaten.