"Mundurr...!!" bentaknya lagi.
Dalam ketakutan yang amat sangat Anas menurut. Dia mundur menuntun sepedanya. Baru dua langkah,
"Naik lagi..!! Dan turun..!!" seru lelaki itu keras.
Anas segera naik dan kemudian turun. Dia benar-benar sudah takluk. Apa daya. Jiwanya sudah dicengkeraman lelaki itu.
Dan sekelebat tangan lelaki itu menjewer telinganya. Memutar dua kali. Panas.
"Pergi Kau... Jangan macam-macam Kau!!" hardikan yang terdengar melegakan.
Serta merta Anas enyah dari lelaki itu. Mengayuh kencang. Degup jantung masih berantakan. Sayup terlihat pagar rumah. Anas selamat sampai di rumah.
Kejadian malam itu sungguh membuatnya berpikir ulang untuk melewati gang itu. Anas lebih memilih jalan besar. Menggunakan sepeda motor. Lebih aman, cepat dan tentunya lebih terang.
Sampai pada suatu ketika, saat di lampu merah, dia disapa seseorang yang ternyata kawan sebangkunya saat SD.
"Haloo broo... Apa kabaar??" ujar kawannya itu. Warna suara yang seperti akrab di telinga.
Anas tak sempat menyahut. Lampu sudah hijau. Mukhson, kawan SD-nya itu cepat berbelok arah. Tak lupa melempar senyum. Rambutnya terlihat gondrong. Dan jaketnya bergambar tengkorak bordiran.