Mohon tunggu...
o n e t  b u r t o n®
o n e t b u r t o n® Mohon Tunggu... Wiraswasta - o l e h

Tukang Ojek. Tinggal di Denpasar Bali

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pergi Senyap Pulang Senja [Bagian 2]

13 November 2019   18:40 Diperbarui: 13 November 2019   20:13 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilihan yang berat. Orang itu menyadari model pilihan dari kaum melarat yang kelaparan itu. Dia tahu padi itu ada di sana. Kalaupun padi itu dia temukan, dia akan tetap dibunuh. Ini beresiko tinggi. Dia lebih memilih mengalah dan tetap hidup daripada mati demi dua ikat padi. 

Tonnie ketakutan setengah mati. Di bilik pawon, kakinya sedang menginjak padi itu. "Kalau orang itu menemukan padi ini, Ayah pasti dibunuh," ketakutannya menyemburkan doa-doa dari celah gedek agar orang itu tidak masuk ke bilik pawon.

"Hayoo cepaat geledaaah!!" Ayah berteriak kencang. "Kalau tidak Kau geledah.. Aku bunuh Kau sekarang!! Kau sudah menuduh aku!!" Ayah menyambar golok yang tertancap di meja kayu. Mengacungkan ke arah orang itu. 

"Baik..baik..sekarang aku kalah. Tapi lain kali aku akan menangkapmu!!" sahut orang itu sembari mundur menjauhi Ayah. Dan hilang di balik pintu bambu. 

Begitu orang itu lenyap, Ayah berteriak, "Hayoo cepaat keluarkan padi itu...segera tumbuuk..!" 

Ibu tiri segera keluar dari persembunyian. Padi itu segera diproses. Ditumbuk terlebih dahulu menggunakan antan, alu. Bertahap ditumbuk dalam lesung, lumpang. Agar sekam terpisah dari beras.

Kemudian mengayak sekam dari butiran padi dengan digoyang-goyangkan dan ditampi sehingga sekamnya tertiup angin dan hilang. Baru setelah itu bisa ditanak menjadi nasi. 

Drama kehidupan siang itu sungguh pekat. Sarat kandungan nilai. Sari pati dari kejiwaan sang Ayah diam-diam terserap larut ke nadi Tonnie. Suatu saat bekal hidup ini akan menemaninya menghadapi badai hidupnya sendiri. **

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun