Anggapan Schopenhauer ini menekankan dua hal, yaitu bahwa kesadaran manusia terbukti lebih kuat dibandingkan nafsu dan keinginannya, dan bahwa karena itu ia juga mampu memperhatikan keadaan kepentingan orang lain, di dalam hal ini berarti bahwa manusia bukanlah makhluk egois sebagai mana yang dipikirkan oleh Schopenhauer. Namun, jika kesadaran bisa menguatkan manusia menyangkal diri dan berbela rasa, bukankah demikian kehendak untuk hidup itu sendiri bukan merupakan dasar dari segalanya?[11]
Pengaruh Filsafatnya terhadap Filosof-Filosof Lain
Kendatipun demikian, pengaruh Scopenhauer dalam perkembangan pemikiran selanjutnya cukup besar. Ia membuka jalan bagi orang suatu psikologi tentang alam bawah sadar ala Freud. Pemikiran Schopenhauer tentang kehendak untuk hidup di kemudian hari mempengaruhi filsafat Nietzsche tentang kehendak untuk berkuasa (Der Wille zur Macht). Setengah abad kemudian, ajaran Schopenhauer ini memberikan inspirasi pada filsafat hidup (Vitalisme), misalnya pada pemikiran Henry Bergson (1859-1941). Selain itu, ia menghidupkan perhatian dan minat orang Barat pada studi kesustraan dan agama-agama Timur, terkhusus Buddhisme.[12]
Catatan Kaki
[1] Kathleen Marie Higgins, "Schopenhauer, Arthur", In Robert Audi (ed), The Cambridge Dictionary of Philosophy (London: Cambridge University Press, 1999), hlm. 820.
[2] Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 329-333
[3] James Garvey, Dua Puluh Karya Filsafat Terbesar, penerj: CB. Mulyanto (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 189.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Ibid.