Mohon tunggu...
Buchari Fadli
Buchari Fadli Mohon Tunggu... -

Pembelajar Sejati, Penyuka Musik, Film, Sastra, Filsafat, Budaya, dan Pemeluk agama Islam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Ibukota

31 Agustus 2016   14:54 Diperbarui: 31 Agustus 2016   15:10 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seseorang berambut pirang kecoklatan, dengan potongan rambut cepak, mengenakan jaket kulit  dan celana levis ketat yang sudah luntur warnanya, siang itu terlihat sibuk mencari seseorang, dari warung ke warung, kos ke kos, ia terus mencari. Rupanya orang tersebut adalah topo, biasa dipangggil mang topo, ia adalah tangan kanan wak jon, bandar besar togel di kawasan pulo gadung. Mang topo, beberapa hari belakangan diberi tugas oleh wak jon untuk mencari madi yang sedang terbelit hutang sebesar 2 juita rupiah pada bandar togel itu.

madi memang  hobi memasang togel, hobinya dimulai sejak ia berhenti bekerja di bengkel motor dikampungnya. saat madi di rantauan, ia pernah mendapat jackpot togel empat angka lima lembar, saat itu ia mendapatkan uang sebesar  15 juta rupiah, dan uang itulah yang digunakannya untuk membeli motor vixion surat sebelah, yang dibawa nya “mejeng” ketika mudik ke kampung halamannya saat lebaran.  

Tapi setelah beberapa kali rutin memasang togel di lapaknya wak jon, madi tidak pernah lagi mandapat jackpot besar seperti itu, ia hanya sering “tembus” togel dua angka saja, dan itu pun paling banyak 5 lembar. tak ayal, motor vixion surat sebelah nya pun telah dijual untuk menutupi biaya hidupnya di ibukota.

Pekerjaan nya sebagai sales obat sudah kacau, sering kali ia dipanggil aparat kelurahan, sebab obat yang dijualnya dengan system penyuluhan dari RT ke RT tidak memiliki izin yang sah, beberapa kali ia mampu menyelesaikan aparat kelurahan tersebut dengan dalih “iziinya sedang di urus” atau dengan menyogok aparat kelurahan dengan uang  sebesar 150 ribu , namun kini semua cara tersebut tidak ampuh lagi. 

Terkadang saat penyuluhan obat sedang dilangsungkan di rumah-rumah RT, beberapa orang polisi pamong praja datang seraya membubarkan penyuluhan obatnya. Sebab itulah madi berhenti menjadi sales obat dan kembali mencoba peruntungan dengan bermain togel seperti dulu.

Bukannya ,mandapat untung madi malah semakin buntung, ia kini hidup nomaden, kadang-kadang tidur di lapangan monas, sesekali di masjid istiqlal, bahkan  menyamar sebagai keluarga pasien di rumah sakit pun sering dilakukannya , semuanya dilakukan hanya untuk menghindari mang topo, yang sedang mencarinya.

Setelah mencari madi ke berbagai tempat, akhirnya mang topo mendengar kabar dari anak-anak punk yang dikenalnya kalau madi sering menginap di beberapa tempat saat malam hari, dan nongkrong di warnet pertigaan, saat siang hari.

“coba aja cari di warnet pertigaan mang, tadi gw liat dia lagi mesen cilok di warung depannya,” ujar salah satu anak punk .

Tanpa basa basi lagi, mang topo yang sudah mulai capek dan laper, bergegas menuju warnet yang dimaksud anak punk tersebut. Dengan emosi yang memuncak, mang topo mulai mempercepat langkahnya, ia tidak menghiraukan lagi orang-orang yang menegurnya sepanjang jalan. Bak malaikat pencabut nyawa mang topo mulai menghampiri warnet.

“nah ini dia rumus baru,” gumam madi dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun