Suara hp berdering, memecahkan kesunyian di kamar susi yang sesak dipenuhi berbagai bayangan-bayangan masa depan yang enggan ia menatapnya. Diraihnya hp yang tergeletak di meja, ada 2 sms masuk, satu sms dari operator dan yang lainnya sms dari Madi “lagi apa dek, udah makan belum?,”
“lagi tiduran aja mas, belum nanti aku makan kalau sudah laper, gimana mas sudah ada belum pekerjaan yang cocok buatku disana,?”. Tanya susi
Susi memang telah mengirimkan beberapa amplop yang berisi lamaran kerja pada kekasihnya itu, untuk dimasukkan ke beberapa pekerjaan di Ibukota yang sesuai dengan ijazahnya. Ia menitipkan lamaran tersebut kepada madi sebab madi pernah bercerita jika ia memiliki beberapa teman manajer perusahaan leasing motor di ibukota dengan harapan agar temannya madi tersebut mau membantu susi untuk meperoleh pekerjaan, meskipun bukan di perusahaan leasing tempat temannya tersebut bekerja.
“belum ada dek, kata iqbal susah masukin sekarang, sebab perusahaan belum membuka lowongan pekerjaan, apalagi untuk orang yg belum punya pengalaman, ” papar madi lengkap
“wah, gimana ya mas, aku belum dapet-dapet kerja , sudah sebuulanan nganggur , nggak enak sama bapak, nggak enak juga dilihat tetangga,” keluh susi pada madi.
“yasudah adek kesini aja, cari pengalaman dulu, sebagai sales obat, kayak mamas, nanti kalau sudah ada pengalaman, baru cari pekerjaan yang bagus, lagian pekerjaan sales obat ini juga kan sesuai dengan ijazah adek, penghasilannya pun lumayan besar , cukup untuk kebutuhan disini bahkan bisa dikirim untuk bantu bapak, atau ibumu dirumah dek,” jawab madi
susi pun tak segera menjawab tawaran dari pacarnya itu, sebab menurut beberapa tetaangganya dikampung, dan juga penjelasan guru disekolahnya dulu, merantau , mencari pekerjaan di ibukota sangat sulit, terlebih lagi ada beberapa cerita yang sedih tetangganya yang pernah merantau kesana, apalagi susi merupakan anak perempuan, tentu harus sangat hati-hati untuk merantau ke kampung orang. Ia sangat tidak ingin harapannya untuk mencari pekerjaan di Ibukota menjaadi sia-sia, bahkan manambah beban orang tua sebab mengeluarkan uang untuk ongkos merantau ke ibukota.
Setelah menimbang-nimbang dengan matang susi pun memutuskan untuk berangkat menyusul pacarnya yang ke ibukota .
“yaudah mas, aku nanti bilang ke ibu dan bapak dulu, untuk minta ongkos serta izin kesananya,” jawab susi
“nggak usah minta ongkos dek, nanti mamas kirim uangnya ke kamu lewat pos, yang penting kamu izin aja dengan orang tua mu dulu,” papar madi.
“oke mas, nanti aku kabarin lagi,” jawab susi mengakhiri sms.