Mohon tunggu...
Buchari Fadli
Buchari Fadli Mohon Tunggu... -

Pembelajar Sejati, Penyuka Musik, Film, Sastra, Filsafat, Budaya, dan Pemeluk agama Islam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Ibukota

31 Agustus 2016   14:54 Diperbarui: 31 Agustus 2016   15:10 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara hp berdering, memecahkan kesunyian di kamar susi yang sesak dipenuhi berbagai bayangan-bayangan masa depan yang enggan ia menatapnya.  Diraihnya hp yang tergeletak di meja, ada 2 sms masuk, satu sms dari operator dan yang lainnya sms dari Madi “lagi apa dek, udah makan belum?,”

“lagi tiduran aja mas, belum nanti aku makan kalau sudah laper, gimana mas sudah ada belum pekerjaan yang cocok buatku disana,?”. Tanya susi

 Susi memang telah mengirimkan beberapa amplop yang berisi lamaran kerja pada kekasihnya itu, untuk dimasukkan ke beberapa pekerjaan di Ibukota yang sesuai dengan ijazahnya. Ia menitipkan lamaran tersebut kepada madi sebab madi pernah bercerita jika ia memiliki beberapa teman manajer perusahaan leasing motor di ibukota dengan harapan agar temannya madi tersebut mau membantu susi untuk meperoleh pekerjaan, meskipun bukan di perusahaan leasing tempat temannya tersebut bekerja.

“belum ada dek, kata iqbal susah masukin sekarang, sebab perusahaan belum membuka lowongan pekerjaan, apalagi untuk orang yg belum punya pengalaman, ” papar madi lengkap

“wah, gimana ya mas, aku belum dapet-dapet kerja , sudah sebuulanan nganggur , nggak enak sama bapak, nggak enak juga dilihat tetangga,” keluh susi pada madi.

“yasudah adek kesini aja, cari pengalaman dulu, sebagai sales obat, kayak mamas, nanti kalau sudah ada pengalaman, baru cari pekerjaan yang bagus, lagian pekerjaan sales obat ini juga kan sesuai dengan ijazah adek, penghasilannya pun lumayan besar , cukup untuk kebutuhan disini bahkan bisa dikirim untuk bantu bapak, atau ibumu dirumah dek,” jawab madi

susi pun tak segera menjawab tawaran dari pacarnya itu, sebab menurut beberapa tetaangganya dikampung, dan juga penjelasan guru disekolahnya dulu, merantau , mencari pekerjaan di ibukota sangat sulit, terlebih lagi ada beberapa cerita yang sedih tetangganya yang pernah merantau kesana, apalagi susi merupakan anak perempuan, tentu harus sangat hati-hati untuk merantau ke kampung orang. Ia sangat tidak ingin harapannya untuk mencari pekerjaan di Ibukota menjaadi sia-sia, bahkan manambah beban orang tua sebab mengeluarkan uang untuk ongkos merantau ke ibukota.

Setelah menimbang-nimbang dengan matang susi pun memutuskan untuk berangkat menyusul pacarnya yang  ke ibukota .

“yaudah mas, aku nanti bilang ke ibu dan bapak dulu, untuk minta ongkos  serta izin kesananya,” jawab susi

“nggak usah minta ongkos dek, nanti mamas kirim uangnya ke kamu lewat pos, yang penting kamu izin aja dengan orang tua mu dulu,” papar madi.

“oke mas, nanti aku kabarin lagi,” jawab susi mengakhiri sms.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun