Membaca dan menulis merupakan bentuk latihan otak, agar kemampuan berpikir dan mengingat tetap terjaga.
Otak yang tetap mendapat rangsangan akan lebih sehat, sehingga mengurangi resiko pikun dan demensia pada usia lanjut.
2. Menulis dapat menjadi sarana untuk berimajinasi
Untuk membuat sebuah karya tulis yang indah, mudah dimengerti dan membawa pembaca pada situasi dalam tulisan tersebut, pemilihan genre dalam sebuah jalan cerita sangat diperlukan.
Tulisan, walaupun kategori non fiksi, tetap diperlukan gaya bahasa dan diksi yang tepat, sehingga tidak terkesan kaku dan monoton. Penentuan genre dan pemakaian diksi yang tepat, dipengaruhi oleh imajinasi penulis, di mana prosesnya melibatkan bagian kanan dari otak manusia. Dengan berimajinasi, seorang penulis melakukan aktivitas yang merangsang fungsi otak.
3. Menulis sebagai bentuk katarsis
Katarsis adalah menuangkan segala isi hati dengan bebas (mengekspresikan emosi) atau sarana pelepasan ketegangan dan kecemasan.
Setiap orang dalam kehidupannya pasti pernah mengalami masalah dan memiliki cara yang berbeda untuk mengatasinya. Masalah yang menumpuk dan tidak terpecahkan akan menjadi beban tersendiri, sehingga memicu ketegangan dan kecemasan pada jiwa. Kondisi tersebut dapat mengganggu kesehatan tubuh, sehingga rentan terkena penyakit.
Seseorang yang tertekan akan cenderung terlihat lebih tua, karena beban masalah dapat tergambar di wajahnya.
Beberapa cara dilakukan seseorang untuk meringankan beban masalah. Ada yang berbagi cerita kepada orang yang dipercaya, sebagian lainnya dengan cara menulis di buku harian. Menulis dapat menjadi sarana terapi pelepasan stres, merelaksasi tubuh dan pikiran. Penyaluran emosi yang tepat akan berpengaruh kepada kesehatan fisik dan mental. Kondisi fisik dan mental yang sehat akan membuat seseorang tampak awet muda.
4. Menulis dapat menumbuhkan rasa bahagia