Mohon tunggu...
ona mariani
ona mariani Mohon Tunggu... Freelancer - Riset

Content Writer || Content Creator || Researcher || Journalists

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hannah Arendt, Corona, dan Totaliterisme Negara

3 April 2020   14:15 Diperbarui: 3 April 2020   14:22 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Modifikasi yang saya maksud kali ini adalah dengan adanya bantuan teknologi dalam mengumpulkan data-data terkait warga negara. Pemimpin totaliter tak perlu lagi bersusah payah membentuk polisi rahasia untuk sekedar menertibkan warga negara, cukup dengan memantau algoritma yang ada di ponsel pintar setiap warganya, negara dapat membentuk kebijakan dengan cepat.

Jika hal ini terjadi tak akan ada manusia otentik. Tidak ada lagi kata privasi untuk tubuh, semua milik negara. Keberbedaan sudut pandang sebagai sifat dasar manusia akan menjadi sebuah ancaman bagi negara. Demokrasi ? Ah anda tentu bisa melanjutkan kalimat ini untuk saya bukan?

Profesor Harari benar kita memang harus menyiapkan rencana global untuk melawan Corona, namun terlepas dari itu semua mempersiapkan rencana global untuk memanusiakan pemanfaatan ilmu pengetahuan pasca krisis, adalah hal yang juga tak boleh dilewatkan.

Dalam karyanya Arendt telah mengingatkan kita semua, jika gerbang totaliterisme akan terbuka ketika warga negara mulai memberikan akses seluas-luasnya untuk menentukan apa yang terbaik bagi diri setiap individu. Dan Masyarakat Jerman pernah tidak menyadari itu ketika krisis.

Berusaha untuk tetap berpikir jernih dan sejenak mengambil jarak dari negativisme yang disebabkan oleh krisis, adalah salah satu upaya untuk tetap menyadarkan diri pada setiap keputusan yang diambil berikut konsekuensi-konsekuensinya. Dan melalui karyanya dua maha guru saya ini telah mencoba untuk mengingatkan kita.

Khawatir itu pasti, waras itu pilihan...

Sumber:

Arendt, Hannah. 1993. Asal-usul Totaliterisme (terj). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Sudibyo, Agus. 2012. Politik Otentik : Manusia dan Kebebasan dalam Pemikiran Hannah Arendt. Tangerang : Marjin Kiri

Hardiman, F Budi. 2011. Masa, Teror dan Trauma. Yogyakarta : Lamalera

https://antinomi.org/2020/03/29/yuval-noah-harari-dunia-setelah-virus-korona/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun