Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bukan Virus, Penyebab Kematian Singa Brewok

27 April 2020   18:28 Diperbarui: 28 April 2020   00:25 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Huaaaaaaarrr"
"Moooooo"
"Nguk....nguk...nguk"
"Hiiiiiikkkkh"
"Wauuuuuk...wuuuuk.....wuuuuk"
"Freeeeeettt"
"Guk...guk...guk"

"Duh masih pagi pada ramai, ada apa sih, ngganggu hewan tidur aja" gerutu Singa mendengar saudara-saudaranya meramaikan pagi yang masih ranum.

Kehidupan kebun binatang di kota Barukarta memang tak seperti biasanya. Pagi ini mendadak seluruh binatang meneriakkan suaranya, sebisanya dan sekeras-kerasnya. Ada yang mengaum, menciap, menggonggong, meringkik, berkicau, mendengkur, mengembek, menguak, memeram, mengaluh dan berbagai kebisingan suara hewan-hewan yang mendiami kebun binatang.

Sudah tiga hari ini petugas jaga tak keliling memberi makan kepada hewan-hewan tersebut. Kebun binatang memang sedang ditutup sampai waktu yang belum ditentukan. Hal ini karena ada pandemi virus berbahaya. Pemerintah kota Barukarta melarang terjadinya kerumunan manusia. Termasuk mengunjungi tempat-tempat wisata, salah satunya ke kebun binatang.

Sebagai raja hutan, salah satu Singa di kebun binatang itu telah ditasbihkan menjadi raja kebun binatang. Melalui sebuah prosesi kampanye serta pemilihan secara demokratis di TPS yang tersebar pada kandang-kandang hewan. Singa berbulu gondrong dengan brewok berwarna kuning keemasan itu akhirnya terpilih menjadi raja kebun binatang. Otomatis semua hewan harus tunduk kepadanya.

Kemarin saat pemilihan raja kebun binatang, Singa brewok - demikian sang raja biasa dipangggil - telah menyingkirkan satu-satunya petahana. Ia seekor Buaya air tawar yang usianya sudah lanjut dan tak ada lagi yang tertarik padanya. Sebab ada berita palsu yang tersebar di kebun binatang itu yang berbunyi "Jangan percaya airmata buaya." Hal inilah yang menjadikan Singa brewok menang telak atas Buaya air tawar.

Kembali lagi mengulik soal suara-suara gaduh yang menggetarkan kebun binatang kota Barukarta. Para hewan melaporkan kondisi masing-masing melalui kode-kode suara kepada Singa brewok. Mereka rata-rata mulai putus asa, sebab hampir sebulan lamanya tak ada pengunjung yang mengitari kebun binatang. Otomatis tak ada pengunjung yang memberi makanan ke kandang.

Kegelisahan ini dirasakan oleh Orang Utan. Dalam koloni mereka telah terjadi perdebatan sengit tentang penyebab kebun binatang menjadi sepi. Orang Utan yang selama ini berseberangan dengan Singa brewok justru menyalahkan sikap Singa brewok yang cenderung kasar. Singa brewok selalu menyambar daging dari pengunjung secara kasar. Buas, mencabik, dan terus beringas. Orang Utan menganggap Singa brewok tidak menampakkan sifat elegan sebagai raja kebun binatang.

Sementara di koloni Badak dan Kudanil telah memutuskan kajian bersama, semacam koalisi. Kajian bersama yang dilaporkan kepada Singa brewok menyebutkan bahwa penyebab sepinya kebun binatang adalah tidak ada pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur selama kurang lebih lima tahun terakhir.

Sehingga pagar kebun binatang menjadi berkarat, ini membahayakan pengunjung dan mungkin mereka kapok datang kembali ke kebun binatang.

Berbeda dengan koloni lainnya, Jerapah dan Gajah justru belum memutuskan apapun hasil diskusi mereka. Nampaknya kandang mereka yang agak berjauhan menjadi penyebab terhambatnya komunikasi. Namun begitu leher jerapah selalu berusaha menangkap pesan yang disampaikan belalai Gajah. 

Diantara kandang Jerapah dan Gajah, ada kandang Bison. Mereka telah melaporkan pengamatan yang dilakukan selama satu bulan ini, bahwa petugas jaga sering absen. Bahkan dalam sehari yang masuk hanya satu atau dua orang saja. Padahal ini bukan hari libur. Sebab kebun binatang justru ramai saat hari Minggu atau liburan sekolah. Karena petugas jaga sering absen, maka Bison sering kelaparan. Nampak tulang belulangnya mulai menonjol. Kepalanya menunduk,  lehernya sudah tak kuat menyangga.

Berbeda dengan hewan-hewan lainnya, di deretan poros tengah kebun binatang ada koloni Babi, Monyet, Tapir dan Zebra yang sudah bersepakat, bahwa penyebab sepinya kebun binatang adalah gara-gara kematian beberapa Panda. Ada sekitar sepuluh Panda yang diketahui telah dibawa keluar kandang dengan kondisi sudah tak bernyawa.

Selain Panda, ada pula Beruang, Buaya, Kuda, Sapi dan Unta yang juga mati. Tubuh mereka sangat kurus. Kematian mereka diawali dengan lemas, kejang-kejang dan tak bergerak lagi sampai lalat berdatangan. Baunya sangat menusuk hidung. Sudah begitu, petugas jaga selalu datang terlambat mengurusi bangkai hewan-hewan itu.

DUA JAM KEMUDIAN

Setelah benar-benar hilang kantuknya, Singa brewok mengumumkan kepada seluruh penghuni kebun binatang, bahwa pagi ini akan diadakan rapat terbatas membahas kejadian yang menimpa beberapa hewan serta sepinya kebun binatang.

Seluruh ketua koloni berbagai kandang mulai berjaga-jaga mengikuti rapat terbatas itu. Tepat pukul sembilan pagi, rapat terbatas dimulai. Singa brewok melompat naik ke dahan sebuah pohon buatan dari beton. Ia terus memanjat sampai puncak. Ada panggung kecil tempat ia berdiri, tingginya lima puluh meter. Nampaklah seluruh isi kebun binatang

"Saudara-saudaraku sekalian, baru saja petugas jaga memberiku daging untuk makan pagi. Aku terpaksa mengaum dengan keras serta menendang kawat kandang hingga terjadi ketakutan pada petugas jaga. Intinya mereka tak berani lagi memberi makan seorang diri. Ada petugas jaga lainnya yang menemani. Seorang bertubuh kerempeng, yang tak berdaging" kata Singa brewok mengawali pembukaan.

"Sempat saya dengar bahwa petugas jaga sedang menceritakan sebuah pandemi virus. Orang-orang dihimbau untuk tetap tinggal di rumah saja. Akses kota Barukarta ditutup. Orang tak bisa keluar kota, dan sebaliknya yang dari luar kota juga tak boleh masuk."

Nampak monyet mulai gusar. Singa brewok terlalu bertele-tele, ia ingin segera tahu sebab-sebab kematian beberapa hewan selama sebulan ini. Ketua Monyet terus berlompatan, menggaruk-garuk bokongnya dan meringis ke arah Singa brewok.

Di panggung pucuk pohon, Singa brewok melanjutkan pidatonya, lebih tepatnya auman narasi rapat. Beberapa kali ia berdehem sebelum melanjutkan materi rapat.

"Ya, aku tahu kalian gelisah. Jangan khawatir, kita tidak pernah kemana-mana. Sesuai saran petugas jaga kita sudah di-lockdown. Bahkan bertahun-tahun lamanya kita terkunci dalam kandang. Hal ini pertanda bahwa kita pada posisi aman. Kita tidak menularkan dan tidak tertular virus yang berbahaya itu. Namun begitu, kata petugas jaga kita juga harus jaga jarak, kurangi kawin atau mencari kutu"

Merasa tersindir, Ketua Monyet melontarkan pertanyaan, "Tuan raja Singa brewok, lalu apa penyebab kematian beberapa Panda, Beruang, Buaya, Kuda, Sapi dan Unta. Kami koloni Monyet merasa terancam sebab kandang mereka satu deret dengan kami" tanya Ketua Monyet dengan muka masam.

"Ketua Monyet, ketahuilah, berdasarkan informasi petugas jaga, bahwa saat ini dunia sedang terjadi wabah pandemi virus berbahaya. Banyak manusia yang meninggal. Mereka yang sering berburu di hutan juga banyak yang meninggal. Mereka yang dulu membakar hutan kita juga banyak yang meninggal. Bahkan mereka yang menggali tambang di tengah hutan dan menembaki saudara kita juga banyak yang meninggal" papar Singa brewok penuh kharisma.

Mendadak kebun binatang riuh lagi, banyak diantara mereka saling berpandangan dan berbisik-bisik. "Lega rasanya, berarti hutan kita akan segera aman, semoga keturunan kita bisa tentram tinggal di hutan, jangan seperti kita" bisik Zebra kepada Keledai. "Ya kau betul Zebra, bahkan aku sudah rindu menarik kayu gerobak pengangkut kayu tebangan dari hutan" balas Keledai nyinyir.

"Ok...ok....saya lanjutkan, dengar saudara-saudaraku" gelegar suara Singa brewok. "Kini kalian cukup tinggal di kandang saja. Jangan coba-coba melarikan diri. Ada air di kolam yang bisa kalian gunakan untuk mandi, mencuci tangan supaya terhindar dari virus berbahaya. Jika ada saudara kita yang mendadak kritis dan mengarah kepada kematian, saya harap segera berteriak, laporkan padaku. Aku akan segera mengaum dan menendang kawat kandang supaya petugas jaga segera terbangun.

SEMINGGU KEMUDIAN

"Huaaaaaaarrr"
"Moooooo"
"Nguk....nguk...nguk"
"Hiiiiiikkkkh"
"Wauuuuuk...wuuuuk.....wuuuuk"
"Freeeeeettt"
"Guk...guk...guk"

Suara gaduh kembali memekakkan pagi yang sudah matang. Beberapa hewan ditemukan sekarat. Banyak yang mendadak lemas, kejang-kejang lalu mati. Para ketua koloni dan kandang berteriak minta bantuan kepada Singa brewok. Mereka bersahutan bahwa virus berbahaya menyerang penghuni kebun binatang.

Singa brewok pun tanggap, ia terus menendang-nendang kawat kandang, seolah-olah seluruh kebun binatang bergetar. Petugas jaga ditambah personilnya. Mereka mengangkuti hewan-hewan yang telah mati.

Satu persatu mereka angkut bangkai hewan dan ditumpuk di sebuah lubang dekat kolam Kudanil. Bangkai itu rencananya akan dikubur dalam satu liang lahad. Para petugas jaga nampak sedih. Demikian pula hewan-hewan yang melihat peristiwa itu. Mereka tak menolak jasad saudaranya dikubur di dekat kandang mereka. Sebab betapa mereka telah memberikan kenangan manis selama hidup di kebun binatang.

Setiap pagi kematian terus terjadi. Semakin banyak hewan yang mati. Singa brewok sendiri mulai lemas, kakinya berdarah-darah terlalu sering menendang kawat kandang yang sudah berkarat. Tubuhnya demam, sudah tak sanggup lagi mengaum. Akhirnya tepat pukul lima belas sore, Singa brewok lemas, kejang-kejang dan mati. Kakinya bengkak, mulutnya menganga, perutnya kempis.

Kebun binatang gempar. Buaya air tawar yang berseberangan selama ini pun turut berduka atas kematian raja kebun binatang. Namun ia juga cemas. "Jangan-jangan setelah ini giliranku?" gumam Buaya air tawar. 

Sontak Ketua Monyet langsung mengobarkan berita, bahwa virus berbahaya telah masuk ke kebun binatang, semua diminta untuk jaga jarak. Tak boleh ada yang keluar kandang maupun coba-coba minta tolong Gajah untuk melemparkan diri dengan bantuan belalai. "Pokoknya ini kondisi mencemaskan" pungkas Ketua Monyet.

ESOK HARI YANG SUNYI

Benar saja, akhirnya Buaya air tawar pun tak mampu menahan perihnya lambung. Mungkin asam lambungnya terlalu tinggi, sehingga terluka. Ia tak mampu merayap ke kolam. Akhirnya lemas dan mati saat berjemur. Beberapa Buaya air tawar lainnya tak berani menangis. Mereka sangat menjaga pesan sang ketua bahwa "Airmata buaya harus dapat dipercaya."

Di saat beberapa hewan menemui ajalnya, Ketua Monyet malah mengambilalih kekuasaan. Ia memproklamirkan diri sebagai pengganti raja kebun binatang. Tak ada gegap gempita, tak ada sorak sorai dan tak ada nada protes maupun perlawanan yang berarti. Sebab hewan-hewan sudah lemas akibat kelaparan. Beberapa mulai lemas, pingsan dan kejang-kejang. Banyak hewan yang terlihat menonjol tulangnya. Sebentar lagi tanpa memesan melalui aplikasi online, ajal akan datang sendiri, tepat di lokasi. (Ajal ya, bukan Ojol).

seperti biasa, petugas jaga selalu datang terlambat, mereka bergerombol dan saling berbisik "Kasihan hewan-hewan disini, bukan mati karena virus berbahaya tapi, karena mati kelaparan. Selama tutup pandemi virus, tak ada tiket yang terjual. Darimana kami memberi makan-makan seluruh hewan disini?."

Esok hari yang sunyi, sebuah headline koran memuat berita "TAK ADA PEMASUKAN SELAMA SEBULAN, KEBUN BINATANG BARUKARTA TERANCAM GULUNG TIKAR"

SINGOSARI, 27 April 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun